Selasa 10 Aug 2021 05:01 WIB

Waketum MUI: Warga Mampu Jangan Ikut Ambil Bansos Covid-19!

Bila warga mampu terima bansos bagikanlah itu kepada warga yang tak mampu

Rep: Febryan. A/Bambang Noroyono/ Red: Muhammad Subarkah
Seorang pelaku transportasi darat berjalan membawa sembako usai kegiatan pemberian bantuan sosial (Bansos) bagi pelaku usaha transportasi darat di Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, Rabu (4/8). Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat bersama Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat membagikan sebanyak 1.000 bantuan sosial sembako kepada pelaku transportasi darat seperti sopir, kondektur, pengemudi ojek daring, dan warga sekitar yang terdampak pandemi Covid-19. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Seorang pelaku transportasi darat berjalan membawa sembako usai kegiatan pemberian bantuan sosial (Bansos) bagi pelaku usaha transportasi darat di Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, Rabu (4/8). Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat bersama Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat membagikan sebanyak 1.000 bantuan sosial sembako kepada pelaku transportasi darat seperti sopir, kondektur, pengemudi ojek daring, dan warga sekitar yang terdampak pandemi Covid-19. Foto: Republika/Abdan Syakura

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas menghimbau kepada warga yang mampu agar lapang dada untuk menyerahkan atau membagi bantuan sosial (bansos) bila menerimanya. Sebab, pada kenyataannya masih banyak warga yang tak mampu berhak menerimanya. Sikap ini sebagai sebuah tindakan akhlak yang terpuji.

''Saya tahu dan mendapat laporan masih terjadi banyak masalah dalam bansos. Banyak yang tak berhak menerima bantuan itu. Seperti warga yang tak mampu malah hanya bisa memandang saja adanya bantuan itu,'' kata Anwar Abbas dalam perbincangan dengan Republika, Senin malam (9/10),

Menurutnya, ada laporan mengatakan begini bila warga yang bekerja sebagai pekerja harian yang tinggal di rumah kontrakkan tak terima bansos. Uniknya, yang punya kontrakkan malah terima bansos. Mereka dianggap bukan warga setempat oleh pihak pengurus RT.

''Ya saya tahu mereka yang dapat bansos malah saudara atau kerabat RT. Warga kontrakkan dianggap orang lain, seperti bukan warga negara saja. Ini karena KTP dia bukan atas nama warga kampung tersebut,'' ujarnnya.

Melihat adanya fakta itu, ujar Buya Anwar (panggilan akrab Anwar Abbas, red) memang kini tinggal berpulang kepada nurani para penerima bansos untuk menilai dirinya apakah termasuk kategori orang yang berhak atas bansos atau tidak. Dan ini sekaligus juga sebagai cerminan bahwa pendataan data penduduk masih banyak bermasalah.

''Saya sedih mendengar laporan ada warga yang miskin hanya menonton pembagian bansos. Mereka melihat lalu lalang orang dengan pakain lumayan baik, pakai perhiasan, naik motor, memanggul beras bansos. Mendengar itu saya sedih sekali,'' ujarnya.

Anwar Abbas yang juga wakil Ketua Umum PP Muhammadiyah kemudian mengetuk rasa kedermawanan dan sekaligus tahu diri dari pihak orang yang masih sedikit berpunya atas nasib masyarakat kecil yang sangat sengsara.

''Syukurnya di tengah suasana ini, saya ada kabar gembira juga. Banyak orang yang berpunya tapi mendapat pembagian bansos dan bantuan lainnya langsung menyerahkannya kepada yang lebih berhak. Jumlah warga dermawan seperti ini sangat banyak. Mereka sangat peduli atas nasib sesama,'' tegas Buya Anwar.

Terkait soal pembagian bansos, Zuhri, seorang pekerja serabutan yang mangkal di sebuah kompleks perumahan di sekitar wailayah  Kreo, Kota Tangerang, mengatakan memang dirinya selama ini tak pernah menerima bansos. Ini karena rumah dia yang berada di kawasan perkampungan Jurang Mangu, Tangerang Selatan, hanya merupakan tempat tinggal kontrakkan.

''Saya tidak pernah terima bansos. Tapi biarlah, mungkin itu bukan rejeki saya. Allah sudah yang ngatur. Biar ajalah,'' kata Zuhri sambil tersenyum ringan. Kala itu dia memang melihat langsung sebuah acara pembagagian bansos yang di adakan di sebuah kompleks perumahan.

Bulog Tarik Beras Bansos tak Layak Konsumsi 

 

Salah satu contoh lagi bahwa pembagian bantuan sosial di masa pandemi dan PPKM Darurat ada beberapa bermasalah terjadi ketika Perum Bulog menyatakan menarik beras bansos tak layak konsumsi yang sudah terlanjur diedarkan kepada masyarakat Angke, Tambora, Jakarta Barat. Warga akan diberikan beras pengganti yang layak konsumsi. 

 

Kabid Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten Volta Aresta, mengatakan, beras pengganti telah diberikan pada Ahad (8/8). Dirinya turut mengantarkan beras tersebut kepada warga Angke. 

 

"Beras yang dari pemerintah itu beras medium," kata Volta dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/8). 

 

Volta menerangkan, sebelumnya beredar beras basah di wilayah RT 07, RT 08 di RW 06 serta RT 01/RW 011 Kelurahan Angke. Beras tersebut diterima warga dalam kondisi basah. 

 

Penyebabnya, kata Volta, karena beras tersebut terkena tetesan hujan saat proses pembongkaran. "Soal beras basah dan sedikit menggumpal itu lantaran terjadi karena hujan dan kepanasan," kata Volta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement