Senin 30 Aug 2021 16:18 WIB

Jurnalis yang Ditahan Ungkap Sikap Taliban pada Perempuan

Jurnalis Inggris merasa ada kesalahpahaman terkait sikap Taliban pada perempuan

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
 Yvonne Ridley, wartawan Inggris yang pernah ditahan Taliban, dan setelah bebas dia menjadi mualaf. Yvonne berbagi pengalamannya ditahan Taliban lewat webinar yang diselenggarakan Aqsa Working Group, Sabtu (28/8)
Foto: istimewa
Yvonne Ridley, wartawan Inggris yang pernah ditahan Taliban, dan setelah bebas dia menjadi mualaf. Yvonne berbagi pengalamannya ditahan Taliban lewat webinar yang diselenggarakan Aqsa Working Group, Sabtu (28/8)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Jurnalis perempuan asal Inggris, Yvonne Ridley, mengungkapkan pandangannya atas sikap Taliban terhadap perempuan. Banyak stereotip yang menyebut Taliban tidak ramah terhadap perempuan, seperti tidak menegakkan hak bagi perempuan untuk bersekolah.

Menurut Ridley, banyak narasi “teroris” yang dibuat oleh bangsa Barat dan menjadi kesalahpahaman hingga sekarang. Sebab, pengalaman yang pernah ia rasakan sebagai tahanan Taliban berbeda 180 derajat. Kala itu saat meliput pasca serangan 9/11 di Afghanistan, ia ditangkap selama 11 hari. Dia masih ingat ketakutannya jika sewaktu-waktu Taliban membunuh atau menyiksanya.

Pada kenyataannya, Ridley merasakan suatu kehangatan. “Taliban mengatakan kepada saya, saya adalah tamunya mengapa mereka harus melakukan hal buruk. Malah, mereka seharusnya membuat saya senang,” kata Ridley forum webinar bersama Aqsa Working Group yang disiarkan dalam kanal Youtube Al Jama’ah TV.

Namun, seiring berjalannya waktu, Ridley masih yakin akan ada hal buruk yang menimpanya nanti. Sampai suatu ketika, dia diinterogasi di Kabul dan dibawa dalam suatu ruangan. Seperti yang dilihat di sejumlah berita, penjaga Taliban mengenakan turban besar dan wajahnya yang dilengkapi berewok.

Ridley memperhatikan betul mereka sambil ketakutan bahwa dirinya akan dibunuh saat itu juga. Akan tetapi ada satu hal yang ia merasa aneh, yakni mereka tidak berani menatap mata Ridley. Setelah hari ke-6 dia bertanya hal tersebut dan kaget saat mendengar jawabannya.

“Mereka menjawab yang dilakukannya adalah bentuk penghormatan kepada wanita dalam Islam, termasuk kepada wanita yang non-Islam. Di sinilah awal saya merasa ada kesalahpahaman,” ujar dia.

Berdasarkan observasi Ridley, Taliban memiliki kebiasaan selalu berkata jujur. Mereka akan mengatakan iya atau tidak atas tindakan yang dilakukan baik hal baik atau buruk. Pada saat jumpa pers, Ridley terkejut karena Taliban menyebutkan adanya penegakkan hak asasi manusia termasuk untuk perempuan.

Adanya konflik yang terjadi di Afghanistan berdampak besar pada kematian ribuan warga sipil. Ridley menjelaskan, kelompok Taliban membuat warga merasa aman karena adanya perlawanan. Ini disebabkan Taliban mempunyai tujuan memberantas pemerintahan yang saat itu korupsi. Meski begitu, ada pula beberapa pihak yang tidak menerimanya.

Selain itu, Ridley juga membantah terkait narasi Barat yang menyebut Taliban menjadikan perempuan sebagai budak seks. “Tentang perempuan yang dijual dan dijadikan budak seks serta hal buruk lainnya itu bukan dari Taliban. Memang kita harus berhati-hati dalam mengambil perspektif tentang Taliban,” ucap dia.

Saat ini dia hanya berharap Taliban dapat mengerjakan apa yang sudah dijanjikan. Yakni, kebebasan dan hak untuk perempuan dan seluruh penduduk Afghanistan. “Persoalan ini merupakan sorotan bangsa Internasional. Setidaknya kita bisa berdoa dan tidak menyiarkan narasi Barat,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement