Selasa 31 Aug 2021 10:00 WIB

5 Reaksi Sikapi Berita Kembalinya Taliban di Afghanistan

Publik sikapi beragam berita kembalinya Taliban berkuasa ke Afghanistan

 Publik sikapi beragam berita kembalinya Taliban berkuasa ke Afghanistan.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Publik sikapi beragam berita kembalinya Taliban berkuasa ke Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, — Ada lima jenis reaksi di dunia terhadap berita di Afghanistan.

Pertama, "traumatis", menganggap kemenangan Taliban "bencana" karena selama ini Taliban dicap teroris. 

Baca Juga

Terbayang era 1996-2001 saat Taliban melarang perempuan sekolah, bahkan menembak pelanggarnya. Komite Nobel menganugerahi Malala Yousafzai (lahir 1997), remaja putri Afghanistan, dengan Nobel Perdamaian 2014 karena berjuang demi pendidikan di sana. 

Taliban merusak situs purbakala dan mudah memvonis "anti-Islam" (dan memidana mati) saat seseorang keberatan atas kebijakan mereka. Video ribuan orang di Bandara Kabul menunggu diungsikan dari Afghanistan umum nya diviralkan kelompok traumatis ini. 

Kedua, sekadar "negatif". Bahwa Taliban kini berkuasa itu realitas. Usaha Amerika Serikat selama 20 tahun dan menguras 2,26 triliun dolar AS untuk membangun Afghanistan sia-sia. “Sudahlah, antisipasi saja agar "radikalisme ala Taliban" tak menyebar ke negeri kita,” kata mereka. 

Ketiga, "apatis". Dulu saat Israel menghancurkan puluhan bangunan dan mengusir ratusan warga Palestina, mereka berkomentar "Biarin, itu masalah politik negara lain!". Kalau konsisten, mereka sebaiknya tak berkomentar apa pun soal perkembangan Afghanistan saat ini. 

Keempat, "empati". Biarkan Afghanistan diurus mereka sendiri. Tentang Taliban, mereka berprasangka baik, "Taliban sudah berubah". Perjanjian Doha 2020, hubungan dengan China, amnesti umum, dan janji Taliban menjamin hak perempuan sebagai buktinya.

Kelima, "euforia". Mereka meyakini keberhasilan Taliban merebut Kabul adalah batu pertama sebelum merebut Palestina dan menegakkan kembali khilafah. Mereka yakin Taliban barisan berpanji Tauhid dari Khurasan yang diprediksi Rasulullah.

Tulisan ini tidak hendak mengadili mana dari lima reaksi tadi yang paling benar. Tulisan ini justru ingin menunjukkan, Afghanistan adalah bumi Islam yang diberkati.

Baca juga : Data di Aplikasi eHAC Buatan Kemenkes Diduga Bocor

Afghanistan berada di area yang bergunung-gunung. Sebagian kecil wilayahnya, lembah subur nan indah. Sebagian besar gersang, tetapi menyimpan material langka, seperti lithium yang kini diincar untuk bahan baterai kendaraan listrik. 

Wilayah barat laut Afghanistan disebut Khurasan. Herat adalah salah satu ibu kotanya, sedang Kandahar, Ghazni, dan Kabul membentuk perbatasan antara Khurasan dan Hindustan (India dan Pakistan kini). Hingga abad ke-19, istilah Khurasan biasa digunakan penduduk asli.

 

*Naskah tayang di Harian Republika, karya Fahmi Amhar, anggota Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement