Rabu 01 Sep 2021 17:36 WIB

Keji dan Pelit Adalah Perintah Setan

Setan Menyuruh Manusia Menjadi Keji dan Pelit

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Keji dan Pelit Adalah Perintah Setan. Foto: setan (ilustrasi)
Foto: pxhere
Keji dan Pelit Adalah Perintah Setan. Foto: setan (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Islam mengajarkan manusia untuk melaksanakan zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswaf) atau memberikan sebagian hartanya yang baik kepada orang yang membutuhkan dengan ikhlas. Akan tetapi setan berbisik dan menyuruh manusia untuk berbuat keji agar menjadi kikir atau pelit.

Sehubungan dengan itu, Alquran sebagai pedoman umat manusia yang beriman kepadanya memperingatkan tipu daya setan ini. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah Ayat 268.

Baca Juga

اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِ ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۖ

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 268)

 

Ayat ini dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama menerangkan, setan selalu menakut-nakuti orang yang berinfak dan membujuk mereka agar bersifat bakhil dan kikir. Setan membayangkan kepada mereka bahwa berinfak atau bersedekah akan menghabiskan harta benda dan akan menyebabkan mereka menjadi miskin dan sengsara. Oleh sebab itu harta benda mereka harus disimpan untuk persiapan di hari depan.

Menafkahkan barang yang jelek dan tidak mau menafkahkan barang yang baik, oleh Allah disebut sebagai suatu kejahatan, bukan kebajikan. Sebab orang yang bersifat demikian berarti mempercayai setan dan tidak mensyukuri nikmat Allah serta tidak percaya akan kekayaan Allah dan kekuasaan-Nya untuk memberi tambahan rahmat kepadanya.

Allah menjanjikan kepada hamba-Nya melalui Rasul-Nya, untuk memberikan ampunan atas kesalahan-kesalahan yang banyak, terutama dalam masalah harta benda. Karena sudah menjadi tabiat manusia mencintai harta benda, sehingga berat baginya untuk menafkahkannya.

Selain menjanjikan ampunan, Allah juga menjanjikan kepada orang yang berinfak akan memperoleh ganti dari harta yang dinafkahkannya. Di dunia dia akan memperoleh kemuliaan dan nama baik di kalangan masyarakatnya karena keikhlasannya dalam berinfak atau dengan bertambahnya harta yang masih tersisa. Di akhirat kelak dia akan menerima pahala yang berlipat ganda.

Berinfak adalah salah satu cara untuk bersyukur. Maka orang yang berinfak dengan ikhlas adalah orang yang bersyukur kepada Allah yang telah mengaruniakan harta benda itu kepadanya dan Dia akan menambah rahmat-Nya kepada orang tersebut.

Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada suatu hari di mana hamba-hamba Allah berada pada pagi hari, kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satu dari malaikat itu berdoa: Ya Allah, berikanlah gantinya kepada orang yang menginfakkan (harta bendanya). Dan malaikat yang satu lagi berdoa: Berikanlah kepada orang yang enggan (menginfakkan hartanya) kemusnahan." (HR Bukhari dan Muslim)

Arti "ganti" dalam hadist tersebut adalah Allah akan memudahkan jalan baginya untuk memperoleh rezeki, dan dia mendapatkan kehormatan dalam masyarakat. Sedang yang dimaksud dengan "kemusnahan" adalah harta bendanya itu habis tanpa memberikan faedah kepadanya.

Pada akhir ayat ini Allah SWT mengingatkan bahwa Dia Maha Luas rahmat dan karunia-Nya, memberikan ampunan dan ganti dari harta yang dinafkahkan itu. Allah Maha Mengetahui apa yang dinafkahkan hamba-Nya, sehingga Dia tidak akan menyia-nyiakannya, bahkan akan diberinya pahala yang baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement