Kamis 02 Sep 2021 10:37 WIB

Dosen Unair Buat Aplikasi Pemeriksaan Risiko Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit yang termasuk dalam kategori silent disease.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Mas Alamil Huda
Ilustrasi osteoporosis.
Foto: ist
Ilustrasi osteoporosis.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dosen Program Studi Teknologi Pencitraan Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga (Unair),  Lailatul Muqmiroh, menciptakan aplikasi bernama Airlangga’s Tool for Osteoporosis Assessment (ATOs_A) untuk melakukan pemeriksaan risiko osteoporosis secara mandiri. Osteoporosis atau kondisi tulang rapuh merupakan penyakit yang termasuk dalam kategori silent disease, yang tiba-tiba muncul tanpa gejala sebelumnya.

Laila menuturkan, aplikasi untuk mengukur kesehatan saat ini sebenarnya cukup banyak. Seperti pengukur tekanan darah atau pengukur jarak tempuh saat olahraga. Meski demikian, kata Laila, ATOs_A memiliki kriteria yang lebih detail dibandingkan dengan aplikasi serupa.

Setidaknya terdapat tiga fitur utama yang membuat aplikasi tersebut istimewa. Yakni kalkulator untuk menentukan kriteria; fitur saran; serta dilengkapi dengan tips dan trik. "Penggunaan aplikasi itu sangat mudah dan sederhana. Pasalnya, pengguna hanya perlu mengisi tiga data untuk mengetahui risiko osteoporosis. Di antaranya yakni usia, berat badan, dan jenis kelamin," ujarnya, Kamis (2/9).

Selanjutnya, kata Laila, hasil penilaian akan muncul. Pengguna akan dikategorikan berisiko rendah, sedang, atau tinggi. “Ketika hasilnya muncul, ada saran sesuai klasifikasi hasil penilaian. Misal ketika termasuk berisiko tinggi, maka sebaiknya segera melakukan pemeriksaan BMD,” ujar Laila.

Aplikasi yang dirancang Laila sudah dapat diunduh melalui Play Store. Laila dan tim juga akan segera mendaftarkan Hak Karya Cipta atas ATOs_A. Sementara ini, ATOs_A hanya dapat melakukan penilaian osteoporosis untuk screening. Untuk diagnosis lebih lanjut, pengguna dapat melakukan pemeriksaan Bone Densitometry.

“Harapan kami, aplikasi tersebut dapat membantu masyarakat Indonesia untuk mengenal diri sendiri terhadap risiko osteoporosis. Mencegah lebih baik dari pada mengobati,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement