Ahad 26 Sep 2021 00:29 WIB

Saluran Dakwah Muhammadiyah Perlu Lebih Luas

Muhammadiyah perlu merancang ulang gerakan dakwahnya

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Prof Dadang Kahmad
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Prof Dadang Kahmad

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad menilai bahwa saluran dakwah Muhammadiyah harus lebih luas lagi di era digital ini. Tujuannya agar generasi muda bisa memperoleh informasi berislam wasathiyah.

Prof Dadang mengatakan, Muhammadiyah perlu merancang ulang gerakan dakwahnya. Dengan demikian, Muhammadiyah tidak hanya fokus dakwah di masjid-masjid dan majelis-majelis taklim saja, tapi juga perlu dakwah melalui saluran media-media lain.

Ia mengutip Surat An-Nahl Ayat 125. Artinya panggillah olehmu kepada jalan Tuhanmu, supaya mereka beriman dengan cara hikmah, dengan tutur kata yang baik, dan dengan cara-cara diskusi atau debat dengan cara baik, dan hanya Allah yang tahu siapa yang sesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat petunjuk.

"Ada kata-kata bil-hikmah (pada ayat ini), kata ini didahulukan oleh Allah supaya menjadi perhatian kita bahwa dakwah itu harus memakai media ilmu pengetahuan berkembang, hikmah itu berkembang, oleh karena itu ini salah satu dasar kenapa kita harus menggunakan media-media online dan media-media lain dalam berdakwah," kata Prof Dadang saat pidato pada acara Muhammadiyah's Influencer Speak-Up bertema Dakwah Islam Wasathiyah di Media Sosial, Sabtu (25/9).

Ia juga menyampaikan, ada kutipan dari Kiai Haji Ahmad Dahlan. Dapat dilihat dari kutipannya, beliau sangat melihat dan memprediksi masa yang akan datang.

Kiai Dahlan mengatakan bahwa Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang, maka teruslah kamu sekolah menuntut ilmu pengetahuan di mana saja, jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah, jadilah master, insinyur dan lain-lain dan kembalilah kepada Muhammadiyah.

"Ini kata-kata Muhammadiyah sekarang berbeda dengan Muhammadiyah yang akan datang termasuk dalam dakwah dalam kepribadian dalam sikap-sikap kita juga harus disesuaikan dengan zaman, ini amanat dari Kiai Haji Ahmad Dahlan," ujar Prof Dadang.

Prof Dadang menerangkan, Rasulullah juga mengatakan bahwa anakmu itu berbeda zamannya dengan kamu. Oleh karena itu cara mendidiknya harus berbeda.

Sehubungan dengan itu, ia mengingatkan, sejak ditemukan internet tahun 90-an, dunia ini berubah. Hubungan antar manusia tidak lagi seperti dulu bersifat organik dan fisik, tapi berubah menjadi bersifat virtual atau digital. Sekarang hampir sebagian besar manusia menggunakan alat komunikasi dan jejaring internet. Mereka menggunakan media sosial dan media online.

Menurutnya, adanya pandemi Covid-19 mempercepat transformasi ini, itu salah satu hikmah pandemi. Maka penggunaan alat komunikasi dan jejaring internet tidak akan surut ke depannya.

"Perkembangan teknologi media ke arah lebih canggih, instan, interaktif, menyebabkan anak muda lebih banyak menyerap informasi keislaman yang dikemas menggunakan media konvergensi," jelas Prof Dadang.  

Ia mengungkapkan, sekarang dikhawatirkan generasi muda tidak memperoleh informasi berislam yang model Muhammadiyah, yakni yang wasathiyah. Jika Muhammadiyah tidak meluaskan saluran dakwahnya ke media-media yang ada.

Ia juga mengingatkan, ada sekitar 175,4 juta orang pengguna internet dari 272 juta penduduk Indonesia di tahun 2020. Ada sebanyak 160 juta pengguna media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement