Ahad 26 Sep 2021 04:41 WIB

Umat Hindu Pastikan Adzan Berkumandang di Desa India

Umat Hindu tidak hanya memelihara masjid, tetapi juga memastikan adzan berkumandang

Rep: Mimi Kartika/ Red: Esthi Maharani
Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, BIHARSHARIF -- Umat Hindu di Desa Madi di Distrik Nalanda, India Timur, memperlakukan masjid setempat sebagai dewa yang hidup. Sejak keluarga Muslim terakhir meninggalkan desa setelah kerusuhan 1981, warga Hindu tidak hanya memelihara masjid, tetapi juga memastikan adzan berkumandang lima waktu menggunakan perangkat elektronik.

Seorang warga setempat, Uday Kumar, mengatakan, masjid seperti dewa hidup bagi mereka. Keberadaan masjid itu bisa melindungi mereka dari hantaman banjir dan bencana alam lainnya. Uday Kumar menuturkan, ketika keluarga Muslim terakhir meninggalkan desa, umat Hindu telah mengambil alih pemeliharaan masjid. Dana untuk perawatan masjid dikumpulkan dari warga sekitar.

"Dana untuk memenuhi biaya masjid dikumpulkan dari warga sekitar. Setiap pekerjaan keramat di desa diawali dengan hadir dan sholat di masjid," kata Uday dikutip Times of India, Sabtu (25/9).

Bahkan pasangan pengantin Hindu yang baru menikah terlebih dahulu mengunjungi masjid untuk menerima berkah sebelum mengunjungi kuil. Mereka yang meninggalkan atau mengunjungi desa pun berdoa di sana.

 

Warga Biharsharif yang berasal dari Madi, Khalid Alam Bhutto, mengatakan, nama asli desa itu adalah Mandi, yang kemudian menjadi Madi. Menurut dia, muslim telah menetap di sana tiga abad yang lalu.

"Namun setelah kerusuhan komunal pada tahun 1946, sebagian besar dari mereka bermigrasi ke tempat lain. Kakek saya meninggalkan desa dan menetap di Biharsharif," kata Bhutto.

Keluarga Bhutto adalah satu-satunya keluarga yang masih memiliki lebih dari 15 hektar tanah yang dapat ditanami di desa tersebut. Penduduk Biharsharif yang berasal dari Madi, Md Bashir, mengatakan, dahulu terdapat 45 keluarga Muslim, 45 Kurmis dan 10 lainnya tinggal di desa sampai 1945.

Namun, keluarga Muslim mulai meninggalkan desa setelah kerusuhan komunal 1946 dan 12 keluarga yang tersisa menjual aset mereka dan meninggalkan desa segera setelah kerusuhan komunal pada tahun 1981.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement