Selasa 28 Sep 2021 12:18 WIB

Kisah Wanita Muslim Kerala Bekerja di Krematorium

Subeena Rahman sibuk bekerja mengkremasi jenazah di tempat kremasi Hindu

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah kerabat mendoakan jenazah COVID-19 sebelum dikremasi
Foto: Antara/Fauzan
Sejumlah kerabat mendoakan jenazah COVID-19 sebelum dikremasi

IHRAM.CO.ID, THRISSUR -- Saat fajar menyingsing, seorang wanita Muslim di distrik Thrissur, Kerala, telah memulai kesibukannya. Subeena Rahman, sibuk bekerja mengkremasi jenazah yang datang setiap hari.

Dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, ia melakukan ritual dasar kremasi yang ia pelajari dari teman-teman Hindunya. Ritual dilakukan agar memberikan perjalanan terakhir yang layak bagi jenazah tersebut.

Rahman telah bekerja sebagai kremator selama tiga tahun terakhir, di tempat kremasi Hindu, di Irinjalakuda, Thrissur. Awalnya, ada protes keras dari komunitas dan juga dari umat Hindu, tetapi semua ini menghilang setelah melihat komitmen yang ia miliki terhadap pekerjaannya.

Dilansir di Hindustan Times, Selasa (28/9), menurut tradisi Hindu di banyak bagian negara, wanita biasanya tidak menemani almarhum ke tempat kremasi. Rahman awalnya direkrut sebagai pegawai di krematorium SNBS Samajam, yang kemudian mengambil semua pekerjaan seperti dua asistennya. Saat ini, tiga karyawan berbagi pekerjaan dengan masing-masing jenazah memakan biaya hingga 500 rupee India atau Rp 97ribu. Hasil ini lantas mereka bagi sama rata.

Sebelumnya pandemi Covid-19 meluas, setiap harinya karyawan di krematorium berbasis gas ini melakukan kerjanya dengan tiga hingga lima mayat. Tetapi, jumlahnya meningkat menjadi 10 hingga 12 karena virus tersebut.

"Setelah setiap kremasi, saya tidak lagi mendoakan jenazah, tetapi saya juga butuh uang. Ini adalah konflik besar antara kebutuhan dan iman saya. Beberapa kali saya menangis, tapi sebagai karyawan kita tidak seharusnya menunjukkan emosi di depan umum,” kata Rahman.

Dia dengan jujur mengakui bukan berasal dari keluarga yang mampu atau berkecukupan. Ia kerap mengetuk satu pintu ke pintu lainnya guna menyambung hidup. Ketika datang tawaran menjadi petugas di krematorium, ia langsung mengambil kesempatan tersebut.

Awalnya, beberapa dari pihak mengkritik atas pekerjaan tersebut. Namun ketika ia meminta pekerjaan yang layak, orang-orang ini tidak bisa memberikan solusi. Ibu dari anak berusia 8 tahun ini menyebut ia harus bekerja agar api di rumahnya terus menyala. Sang suami, pun memberikan dukungan sepenuhnya akan apapun pekerjaan yang ia lakukan.

“Saya tahu ini adalah pekerjaan yang tidak disukai oleh wanita mana pun, tetapi situasi di rumah benar-benar tidak stabil," katanya.

Setelah wabah Covid-19 melanda, suami Rahman tidak mendapatkan pekerjaan selama berbulan-bulan. Sang Ayah, yang bekerja sebagai penebang kayu, terbaring di tempat tidur setelah jatuh dan hampir menyebabkan kefatalan. Ibunya juga diketahui sedang menderita penyakit.

Selama ini, ia dan keluarga tinggal di sebuah rumah sewa, dimana ia harus memikirkan biaya sekaligus untuk sekolah sang anak. Berkat pekerjaan yang ia ambil ini, ia bisa mengatasi hal-hal tersebut.

Ia mengakui, beberapa pihak memandang rendah dirinya, ketika tahu apa pekerjaan yang dilakukan. Namun, ia sama sekali tidak pernah merasa terganggu.

Rahman pun menyebutkan keinginan untuk menjadi seorang polisi dan sudah mulai mempersiapkan diri. Terlepas dari jam kerjanya yang panjang dan pekerjaan rumah tangga, dia terus mengikuti perkembangan dunia di sekitarnya.

"Saya memimpikan dunia, di mana tidak ada kebencian atau pihak yang terlalu menggilai rasnya. Semua agama mendorong kita untuk saling mencintai,” katanya.

Presiden SNBS Samajam, MK Viswambharan, mengenang bagaimana awalnya dia enggan mempekerjakan seorang wanita untuk pekerjaan kremasi. Namun, kegigihan yang ditunjukkan Rahman seolah-olah meluluhkan hatinya.

“Ketika dia datang tiga tahun lalu, kami awalnya mengecilkan hatinya, mengatakan seorang wanita dari komunitas yang berbeda akan menimbulkan masalah. Tetapi dia gigih dan memberi tahu kami, bahwa dia memandang pekerjaan ini sebagai sebuah panggilan," ujarnya.

Ia menilai Rahman sebagai seorang wanita pekerja keras. Selama bekerja, ia menunjukkan komitmen penuh pada pekerjaannya dan tidak pernah mendapatkan masalah.

SNBS Samajam adalah organisasi sosial yang bekerja untuk mengangkat Ezhavas, komunitas Hindu terbesar di Kerala, yang terdiri dari sekitar 23 persen dari populasi negara bagian. Viswambharan mengatakan selain umat Hindu, anggota komunitas Kristen juga menggunakan krematorium SNBS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement