Kamis 14 Oct 2021 12:13 WIB

Lima Cendekiawan Muslim Raih Mustafa Prize 2021

Mustafa Prize bertujuan mempromosikan sains dan teknologi di dunia Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
CEO BioNTech Ugur Sahin selepas menerima penghargaan Mustafa Prize pada 2019.
Foto: mustafaprize.org
CEO BioNTech Ugur Sahin selepas menerima penghargaan Mustafa Prize pada 2019.

IHRAM.CO.ID, TEHERAN -- Lima ilmuwan Muslim diumumkan sebagai pemenang Mustafa Prize 2021. Penghargaan dua tahunan ini pertama kali diluncurkan pada 2013, dengan tujuan mempromosikan sains dan teknologi di dunia Islam.

Penghargaan Mustafa diberikan dalam empat kategori. Di antaranya, ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi, ilmu dan teknologi kehidupan dan kedokteran, nanosains dan nanoteknologi, serta semua bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dilansir di Tasnim News, Kamis (14/10), pemenang akan diberikan hadiah uang tunai sebesar 1 juta dolar AS pada 21 Oktober.

Penghargaan ini akan diberikan kepada dua ilmuwan dari dunia Islam yang berada di negara non-Muslim, serta penghargaan lainnya diberikan kepada tiga ilmuwan yang berada di negara-negara Islam.

Pemenang pertama di bidang 'Semua Bidang Sains dan Teknologi' adalah profesor Universitas Harvard, Kamran Vafa, untuk karyanya 'F-Theory'. Dia adalah calon Fields Medal tahun lalu.

Pemenang selanjutnya adalah Zahid Hasan untuk ‘Weyl fermion semimetals’. Hasan berasal dari Bangladesh yang saat ini menjadi profesor di Universitas Princeton. Pemenang lainnya adalah Mohamed H. Sayegh dari Lebanon, untuk karyanya 'terapi baru untuk meningkatkan hasil allograft ginjal dan jantung'.

Muhammad Iqbal Choudhary menjadi pemenang lainnya untuk penemuan molekul menarik dengan aplikasi terapeutik. Yahya Tayalati meraih penghargaan untuk pengamatan cahaya dengan hamburan cahaya dan pencarian monopole magnetik.

Mohamed H. Sayegh, Muhammad Iqbal Choudhary, serta Yahya Tayalati adalah peraih Mustafa Prize 2021 dari negara-negara Islam.

Mustafa Prize dibuat dengan tujuan mendorong pendidikan dan penelitian, serta memainkan peran perintis dalam mengembangkan hubungan regional antara lembaga sains dan teknologi yang bekerja di negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Penghargaan tersebut pertama kali diluncurkan pada 2013, dengan universitas terkemuka dan pusat akademik dari negara-negara anggota OKI sebagai pemegang kebijakannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement