Jumat 15 Oct 2021 12:11 WIB

Palestina Batalkan Pertemuan dengan Presiden FIFA

Presiden FIFA hadiri pesta di tempat yang dibangun di atas pemakaman muslim

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Presiden FIFA, Gianni Infantino
Foto: AP Photo
Presiden FIFA, Gianni Infantino

IHRAM.CO.ID, PALESTINA -- Pejabat sepak bola Palestina telah membatalkan pertemuan dengan presiden FIFA Gianni Infantino, menyusul kehadirannya di acara pesta di sebuah bangunan kontroversial yang dibangun di atas pemakaman Muslim di Yerusalem yang diduduki.

Kunjungan Infantino ke Ramallah di Tepi Barat yang diduduki untuk bertemu presiden Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) dan Komite Olimpiade, Jibril Rajoub, dibatalkan pada saat-saat terakhir. Pada Senin (11/10), dia sebenarnya dijadwalkan untuk bertemu dengan pejabat dan politisi Palestina, memulai pertandingan final wanita, dan meletakkan batu pertama dari pusat Medis dan Teknis PFA.  

Dalam sebuah pernyataan, PFA mengatakan bahwa mereka menyesali keputusan Infantino untuk menghadiri sebuah acara di sebuah bangunan yang disebut 'Museum Toleransi', yang dibangun di atas pemakaman Islam Ma'man Allah. Situs tersebut merupakan pemakaman Muslim tertua di Yerusalem yang berasal dari abad ke-11. Acara itu turut dihadiri oleh Evangelis Zionis dan mantan pejabat di era pemerintahan Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

PFA telah mengirim surat kepada presiden FIFA, yang isinya menjelaskan bahaya dari mempolitisasi olahraga dan mendukung kelompok evangelis Zionis yang blak-blakan dalam penolakannya terhadap hak-hak dasar rakyat Palestina dan seruannya untuk melanggar hukum internasional.

"Membangun museum di situs ini melanggar kesucian kuburan yang berisi sisa-sisa para sahabat Nabi Muhammad Saw dan para ulama Muslim, yang dimakamkan di tanah wakaf Islam ini selama ratusan tahun dari sejarah Yerusalem," kata pernyataan PFA, dilansir di Middle East Eye, Jumat (15/10).

Sebelumnya pada Selasa (12/10) lalu, Infantino bertemu dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennet, dan mantan pejabat Amerika Serikat (AS) dalam pemerintahan Donald Trump,  Steven Mnuchin dan David Friedman. Mereka membahas gagasan Israel dan negara-negara Arab untuk menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia sepak bola pada 2030.

Infantino mengatakan pada konferensi di Museum Toleransi, yang dibangun di atas pemakaman Islam Mamilla di Yerusalem, bahwa tidak ada yang mustahil. Ia merujuk pada perhelatan Piala Dunia di Israel dan negara tetangganya.

"Mengapa kita tidak bisa memimpikan Piala Dunia di Israel dan tetangganya? Dengan Kesepakatan Abraham, mengapa kita tidak melakukannya di sini di Israel dengan tetangganya di Timur Tengah dan Palestina?" kata Infantino.

"Kami telah berbicara banyak dalam beberapa bulan terakhir, setelah Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel menandatangani perjanjian normalisasi mereka. Jadi mungkin tuan rumah bersama adalah pilihan," lanjutnya.

Dia menambahkan bahwa Piala Dunia berikutnya setelah Qatar akan diselenggarakan oleh Kanada, Meksiko dan Amerika Serikat, yang merupakan tiga negara besar.

"Jadi mengapa tidak Israel?" tambahnya.

Senin malam, Infantino menghadiri gala perdana dari Friedman Center for Peace through Strength, yang diadakan di Museum of Tolerance. Lembaga think tank itu dinamai David Friedman, mantan duta besar AS untuk Israel, yang mulai menjabat pada Mei 2017. Friedman merupakan sosok yang telah mengumpulkan sumbangan untuk perluasan pemukiman ilegal di Tepi Barat.

Gala di Friedman Center juga dihadiri oleh putri dan menantu mantan Presiden AS Donald Trump, Ivanka Trump dan Jared Kushner, pemimpin oposisi Israel Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Perwakilan dari UEA, Bahrain dan Maroko, yang menandatangani kesepakatan normalisasi dengan Israel pada 2020, turut menghadiri konferensi pada Senin. Sementara Sudan, negara keempat yang menandatangani Kesepakatan Abraham yang dipimpin AS, tidak hadir dalam konferensi tersebut.

Bagaimanapun, kekuatan politik Palestina menolak kesepakatan normalisasi yang dipimpin AS dengan negara-negara Arab. Palestina menyebut hal itu sebagai 'tikaman dari belakang'.

Mereka telah menolak tawaran menguntungkan AS untuk berinvestasi dalam ekonomi Palestina dengan imbalan kompromi atas hak-hak politik, seperti membangun negara Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung dan mempertahankan Yerusalem Timur yang diduduki sebagai ibu kota Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement