Rabu 27 Oct 2021 14:43 WIB

Tim UII Juarai Airlangga Medical Scientific Week

Jumlah penderita penyakit Graves mencapai 6,9 persen penduduk Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran UII Yogyakarta yang berkompetisi di Airlangga Medical Scientific Week.
Foto: Dokumen.
Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran UII Yogyakarta yang berkompetisi di Airlangga Medical Scientific Week.

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Prestasi membanggakan diraih tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta setelah menjadi juara satu lomba video edukasi dari Airlangga Medical Scientific Week. Tim terdiri dari Adi Nugraha, Naila Salim Suparlan, dan Vatia Lucyana Hendyca.

Dari tema Endocrine and Metabolic Disorders, tim UII mengambil topik penyakit Graves berdasarkan keprihatinan kasus di Indonesia. Data Basic Health Research 2007, penderita Graves di Indonesia mencapai 6,9 persen penduduk Indonesia.

Adi Nugraha mengatakan, Graves adalah penyakit autoimun yang menyebabkan tubuh menghasilkan hormon tiroid berlebih oleh kelenjar tiroid. Hormon tiroid itu berhubungan dengan fungsi sistem saraf, perkembangan otak, dan suhu tubuh. "Biasanya, penderita akan mudah sekali merasakan kepanasan," kata Adi, Rabu (27/10).

Sementara itu Vatia Lucyana menjelaskan, wanita lebih berisiko menderita penyakit Graves. Selain itu, orang yang memiliki beban hidup yang berat atau stres memiliki risiko lebih tinggi. Serta, kebiasaan merokok dan usia antara 20-40 tahun.

Riwayat keluarga juga salah satu faktor penting, misal ibu penderita penyakit Graves, anak akan lebih beresiko. Penyakit Graves sering berhubungan penyakit autoimun lain seperti rheumatoid arthritis dan diabetes mellitus tipe satu.

Ibu usai melahirkan dalam kurun waktu satu tahun biasanya menderita penyakit ini. Menurut Vatia, proses terjadinya penyakit ini peran dari antibody thyroid stimulating immunoglobulins menyerang kelenjar tiroid hasilkan hormon berlebih.

"Sederhananya, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh, justru menyerang tubuh," kata Vatia.

Lebih lanjut, Naila Salim menerangkan, Graves bisa dikenali dari gejala seperti pembesaran kelenjar tiroid leher, sering tremor, jantung berdebar tidak teratur, sensitif udara panas. Penderita lebih suka tempat dingin, mudah keringat di udara panas.

Ia menambahkan, jika penyakit Graves dapat pula berdampak terhadap kehidupan seksual karena akan menurunkan gairah seksual, disfungsi ereksi dan perubahan mood yang parah. Kepada wanita akan muncul perubahan dari siklus menstruasi.

Menurut Naila, dari sekian banyak perubahan muncul, sebetulnya ada tanda khusus yang hanya akan dijumpai di penyakit Graves yaitu eksoftalmus. Ini jadi sebutan mata menonjol, biasanya mata kering dan rasa seperti ditindih bagian kelopak.

"Penderita akan sensitif terhadap cahaya, jika tidak ditangani bisa menimbulkan kebutaan," ujarnya.

Terkait pengobatan, Adi menyarankan, didului pemeriksaan seperti tes darah, tes antibodi dan tes yodium melihat fungsi kelenjar tiroid. Jika didiagnosa positif dapat mengkonsumsi obat antitiroid seperti methimazole dan propylthiouracil.

"Graves merupakan penyakit autoimun yang sulit dicegah. Namun, kita bisa mencegah dengan menghindari merokok serta menjaga berat badan ideal," kata Adi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement