Kamis 09 Dec 2021 03:30 WIB

Imigran Yaman jadi Wali Kota Muslim Pertama di AS

Ini adalah sejarah pertama bagi muslim Yaman memimpin kota di AS.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Imigran Yaman jadi Wali Kota Muslim Pertama di AS. Foto: The Muslim House, masjid sekaligus tempat berkumpul komunitas Muslim di Flint, Michigan, Amerika Serikat (AS).
Foto: Flint Beat/Santiago Ochoa
Imigran Yaman jadi Wali Kota Muslim Pertama di AS. Foto: The Muslim House, masjid sekaligus tempat berkumpul komunitas Muslim di Flint, Michigan, Amerika Serikat (AS).

IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Amer Ghalib (42 tahun), seorang imigran dari Yaman terpilih menjadi Walikota di Hamtramck, sebuah kota di negara bagian Michigan AS. Ghalib memperoleh kemenangan pemilu dengan mendapatkan 69 persen suara, mengalahkan petahana Karen Majewski, yang hanya mendapatkan 31 persen suara.

“Pesan saya inklusif, orang membutuhkan perubahan, dan saya membuktikan kepada mereka sepanjang kampanye saya bahwa sayalah yang bisa melakukannya,” katanya dilansir dari Yenisafak, Rabu (8/12).

Baca Juga

Kota Hamtramck, kotamadya Michigan yang berpenduduk padat dan di kelilingi oleh kota-kota Detroit dan Highland Park menampung jumlah imigran tertinggi, setengah dari mereka adalah Muslim. Ghalib, ayah dari tiga anak, mengatakan bahwa komunitas Muslim mendukungnya terutama orang Yaman, tapi mereka bukan satu-satunya pendukung.

"Banyak dukungan datang dari non-Muslim juga, dan itulah mengapa saya menang dengan jumlah yang besar,” kata Ghalib.

Ini adalah sejarah pertama bagi muslim Yaman dan juga memberinya kesempatan untuk memimpin kota. Yang berarti, memberinya tanggung jawab besar.

“Saya juga mengerti bahwa ini adalah tanggung jawab besar, dan kami harus bekerja keras untuk berhasil,” katanya.

Kebebasan memilih itu penting Terlepas dari sikapnya terhadap isu ganja dan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) yang ramai diperbincangkan selama kampanye, Ghalib tetap berhasil menang.

"Saya percaya pada kebebasan memilih dan saya menghormati pilihan orang. Namun, saya mungkin tidak setuju dengan beberapa orang, tetapi kami belajar di negara besar ini bahwa kami harus menghormati pilihan orang dan kami berharap rasa hormat berlaku dua arah,” katanya.

Dalam pidato kemenangannya, Ghalib mengatakan dia akan melakukan yang terbaik untuk mewakili semua pelosok masyarakat, tidak peduli agama, latar belakang, siapa yang orang yang cintai, atau pandangan politik tertentu.

“Saya bangga dengan nilai dan keyakinan saya, tetapi saya tidak mencoba memaksakannya pada orang lain dan saya berharap orang lain melakukan hal yang sama. Selama kampanye, pesan saya didasarkan pada toleransi, rasa hormat, inklusivitas, dan transparansi. Orang-orang dari semua latar belakang memilih saya karena alasan itu,” ungkapnya.

Ghalib menghabiskan 11 tahun pertama pendidikannya di sebuah sekolah kecil di desanya di distrik al-Awd di provinsi Ibb di Yaman. Dia bermigrasi ke AS pada usia 17 tahun.

Ketika pindah ke AS, Ghalib hanyalah seoranh pekerja kasar di pabrik. Ia juga pernah bekerja paruh waktu di pom bensin ketika masih berkuliah.

Ghalib percaya bahwa perjalanannya dari sebuah desa kecil di pegunungan Yaman hingga menjadi walikota di AS telah menginspirasi banyak anak muda.

“Saya pergi ke sekolah kedokteran, tetapi kecintaan saya pada politik dan layanan masyarakat membuat saya memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai pejabat publik untuk terus melayani masyarakat dengan lebih efisien,” kata Ghalib.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement