Senin 13 Dec 2021 09:19 WIB

Sleman Resmikan Museum Terbuka Bakalan

Kepala Dinas Pariwisata Sleman menilai hal ini menambah destinasi wisata di Sleman.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Suasana Museum Gunungapi Merapi (MGM) di Jalan Kaliurang, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (28/12).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Suasana Museum Gunungapi Merapi (MGM) di Jalan Kaliurang, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Museum Terbuka Bakalan di Padukuhan Bakalan, Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman resmi dibuka. Pembangunan monumen penanda erupsi Merapi 2010 ini mengusung tema Sirno Jalmo Lenaning Paningal.

Artinya, masyarakat yang tinggal di sekitar Merapi memahami akan resiko bencana erupsi, dan diharap tidak ada lagi korban karena kealpaan. Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Suparmono menilai, ini akan menambah destinasi wisata di Sleman.

Pada 2017 melalui APBD, Dispar Sleman melaksanakan pembangunan tulisan  'Sleman Volcanic Park' sebagai penanda Museum Terbuka Bakalan senilai Rp 150 juta. Pada 2018, Pemkab Sleman membeli tujuh bidang tanah dengan luas 6.619 meter persegi.

Dengan nilai pembelian Rp 2,6 miliar Rupiah untuk pengamanan material erupsi Gunung Merapi 2010. Pada 2019 melalui APBD, Dispar Sleman melakukan pembangunan akses masuk dan balkon Museum Terbuka Bakalan menghabiskan biaya Rp 130 juta.

 

Kemudian, pada 2020 melalui DAK Fisik Penugasan Bidang Pariwisata, dilaksanakan penataan dan pembenahan lingkungan Museum Terbuka Bakalan. Pembuatan pergola, penataan lanskap dan pembuatan toilet dengan nilai kontrak mencapai Rp 419 juta.

Tahun ini, Dispar Sleman memperoleh anggaran dengan nilai kontrak fisik sebesar Rp 1,57 miliar untuk penyempurnaan Museum Terbuka Bakalan Cangkringan. Membangun jalan setapak, rambu-rambu penunjuk, toilet, tempat parkir dan papan interpretasi.

Ada pula penyediaan fasilitas kebersihan dan fasilitas mitigasi. Pada akhir 2020 kelompok masyarakat Padukuhan Bakalan memperoleh hibah pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rp 145 juta untuk renovasi bangunan pendopo.

"Pengelolaan Museum Terbuka Bakalan nantinya akan kami kerja samakan dengan Pokmas Penggiat Pariwisata Desa melalui Bumdes Kalurahan Argomulyo agar lebih dapat menjadi daya ungkit ekonomi masyarakat setempat," kata Suparmono, Sabtu (11/12).

Suparmono menambahkan, untuk akselerasi tingkat kunjungan wisatawan ke Museum Terbuka Bakalan mereka nantinya juga akan menggandeng Komunitas Jeep Wisata. Sehingga, memasukkan jalur jip wisata masuk ke Kawasan Museum Terbuka Bakalan. 

Dengan selesainya penyempurnaan destinasi Museum Terbuka Bakalan, memberikan wisata edukasi dan wisata mitigasi bencana. Sehingga, memberikan pengalaman sebagai wisata minat khusus bagi pengunjung yang datang ke Kabupaten Sleman.

Bupati Sleman, Kustini Purnomo menuturkan, keberadaan museum terbuka ini tidak hanya dapat dinikmati sebagai sebuah destinasi wisata baru di Sleman. Lebih dari itu, museum jadi saksi hebatnya erupsi Merapi yang terjadi 11 tahun yang lalu.

Museum, lanjut Kustini, dapat mengingatkan potensi bencana erupsi. Keberadaan museum memberikan sumbangsih meningkatkan dan menstimulus pemahaman masyarakat dan wisatawan soal kapasitas mitigasi bencana erupsi Merapi dan tetap waspada.

Mengingat ini museum terbuka, ia berharap pengelola dan masyarakat sekitar dapat menjaga dan melestarikan keberadaannya. Apalagi, ini situs bersejarah yang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Jangan sampai ada aksi vandalism di area museum.

"Semoga keberadaan museum ini dapat turut serta meningkatkan geliat perekonomian masyarakat sekitar museum," ujar Kustini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement