Senin 27 Dec 2021 09:36 WIB

UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Stunting

Ada cakram ukur status gizi yang didesain untuk anak 0-24 bulan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UGM.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UGM.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Berbagai riset membuktikan kalau masalah stunting di Indonesia masih perlu perhatian khusus. Salah satu kunci dalam upaya-upaya mengatasi stunting merupakan kecepatan deteksi dini, yang umumnya dilakukan kader-kader posyandu.

Untuk itu, tim peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengembangkan perangkat untuk meningkatkan kemampuan posyandu melakukan deteksi dini stunting. Alat itu diberi nama Gama-Kids.

Alat terdiri dari tikar pengukur panjang badan, cakram ukur status gizi panjang badan usia, dan buku petunjuk. Peneliti FKKMK UGM, Siti Helmyati mengungkapkan, pengembangan Gama-Kids tidak lepas dari isu stunting beberapa tahun belakangan.

Stunting merupakan kondisi tinggi atau panjang badan anak yang kurang dari dua standar deviasi dari rerata tinggi atau panjang badan usianya. Stunting dapat berdampak penurunan kognitif, sistem imun dan perkembangan emosional kurang.

 

"Bila seorang anak stunting tidak segera dilakukan upaya perbaikan status gizi, masa dewasanya tidak akan menjadi orang yang produktif, mudah sakit dan menjadi beban baik bagi dirinya sendiri, keluarga dan negara," kata Siti, Ahad (26/12).

Ia melihat, upaya-upaya deteksi dini stunting masih menghadapi sejumlah kendala di Indonesia. Belum semua kader posyandu mampu melakukan deteksi dini stunting. Selain itu, tidak semua daerah memiliki alat-alat ukur panjang badan yang valid.

Banyak alat ukur panjang badan yang digunakan dibuat sendiri secara swadaya oleh masyarakat dan belum teruji validitasnya. Pada masa pandemi, kondisi ini semakin parah karena banyak posyandu harus ditutup untuk mencegah penularan Covid-19.

Sehingga, sejumlah kader posyandu harus mendatangi rumah-rumah balita untuk melakukan pengukuran. Gama-Kids sendiri pertama kali dikembangkan pada 2019 dan diteliti lebih lanjut pada 2020 dan 2021 melalui pendanaan Kemendikbudristek.

Kemudian, diuji coba kepada posyandu-posyandu di Yogyakarta dan Aceh. Sebelum diberikan kepada kader posyandu, tim terlebih dulu melakukan expert judgement, tahapan dengan wawancara pakar-pakar bidang antropometri, dan promosi kesehatan.

"Desain alat dipastikan tidak ada ujung yang tajam, sehingga aman bagi anak. Selain itu, ada cakram ukur status gizi yang didesain untuk anak 0-24 bulan," ujar Siti.

Pengembangan Gama-Kids masih dilakukan, termasuk uji coba berbagai posyandu di Indonesia dan pengembangan desain alat. Alat ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya-upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka stunting.

Saat berbagai posyandu kesulitan dalam memperoleh alat ukur panjang badan yang valid, Gama-Kids dapat menjadi salah satu solusi. Tidak hanya membantu kader mengukur panjang badan, namun memudahkan kader melakukan deteksi dini stunting.

"Harapannya, Gama-Kids dapat dikembangkan lebih lanjut dan menjadi produk unggulan tidak hanya di Universitas Gadjah Mada, namun juga Indonesia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement