Senin 27 Dec 2021 14:33 WIB

Merger di Industri Telekomunikasi Dinilai Bawa Efek Positif

Merger juga akan memudahkan pemerintah melakukan pengawasan

Presiden Direktur XL, Dian Ssiwarini ( kanan ) menerima buku Kisah Sukses Merger dan akuisisi XL-Axis dari Direktur Eksekutif PPM Manajemen, Martinus Sulistio Rusli ( kiri ) disaksikan oleh Mantan Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi dan Mantan Dirjen SDPP
Presiden Direktur XL, Dian Ssiwarini ( kanan ) menerima buku Kisah Sukses Merger dan akuisisi XL-Axis dari Direktur Eksekutif PPM Manajemen, Martinus Sulistio Rusli ( kiri ) disaksikan oleh Mantan Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi dan Mantan Dirjen SDPP

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merger dinilai menjadi salah satu pilihan terbaik untuk memperluas pangsa pasar, meningkatkan teknologi, dan efisiensi operasional. Terlebih lagi pada zaman disrupsi digital saat ini yang mengedepankan kolaborasi dan sinergi.

Pengamat ekonomi Tauhid Ahmad menyebut merger di industri telekomunikasi dapat membawa efek positif terhadap industri informasi dan komunikasi di Indonesia.

"Merger ini diharapkan mampu membuat persaingan makin sehat sehingga pada akhirnya konsumen yang akan diuntungkan dari adanya peningkatan dan pengembangan industri telekomunikasi," kata Tauhid yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) dalam keterangan tertulis akhir pekan lalu.

Menurut dia, merger menjadi salah satu pilihan terbaik untuk memperluas pangsa pasar, meningkatkan teknologi, dan efisiensi operasional. Terlebih lagi di zaman disrupsi digital saat ini yang mengedepankan kolaborasi dan sinergi. 

 

Tauhid menyoroti sektor telekomunikasi yang marak melakukan merger antara lain antara XL Axiata dengan Axis serta Indosat Ooredoo dengan Tri, menjadi pilihan terbaik guna menghadapi tantangan ke depan terutama pengembangan 5G. Efek positif lainnya, kata Tauhid, merger juga akan memudahkan pemerintah melakukan pengawasan serta sinergi dengan program-program yang dibuat. 

"Misalnya, pemerataan infrastruktur telekomunikasi dan digital itu menjadi program pemerintah. Nah dengan merger, kemampuan provider pun meningkat untuk dapat membangun infrastruktur seperti tower dan BTS yang diakibatkan dari adanya efisiensi dan penambahan daya modal dari perusahaan provider. Harapannya adalah mereka dapat membangun di daerah-daerah yang belum terjamah sinyal internet kuat," paparnya.

Sementara itu, Head of Investment Pacific Capital Investment, David Manurung, menilai maraknya aksi merger operator telekomunikasi ditujukan untuk dapat menciptakan sinergi yang menghasilkan skala ekonomi tertentu, memperkuat struktur permodalan, meningkatkan ketrampilan manajemen dan karyawan maupun menciptakan peluang ekspansi, baik pada lini produk maupun area pasar yang belum terjangkau. 

"Seperti kita ketahui bersama, industri jasa layanan telekomunikasi merupakan bisnis yang padat modal. Perusahaan harus memiliki daya tahan dan modal yang kuat untuk menghadapi persaingan yang tinggi dari para pesaingnya. Begitu juga dari sisi teknologi. Industri telekomunikasi merupakan industri yang siklus hidup teknologinya sangat cepat. Agar dapat memberikan layanan yang prima dan konsisten kepada pelanggan, pelaku bisnis industri telekomunikasi harus secara kontinu meningkatkan dan memperbaharui layanan maupun teknologinya, dan hal  ini tentunya membutuhkan modal yang sangat besar. Merger antar perusahaan telekomunikasi merupakan jawaban bagi para pelaku industri untuk merespon kebutuhan modal yang tinggi, terciptanya stuktur biaya yang efisien sekaligus untuk dapat lebih bersaing dengan para kompetitornya," jelasnya.

Dengan kehadiran teknologi 5G yang pertama kali diluncurkan di Korea Selatan pada 2019, menurut David, hal ini akan menjadi perhatian utama operator telko dalam hal persaingan pasar. 

Perkembangan teknologi 5G akan memfasilitasi perkembangan layanan seperti enhanced Mobile Broadband, streaming Virtual Reality (VR), akses internet super cepat, telemedis, video streaming dengan kualitas 8K, cloud gaming, autonomous car maupun smart home monitoring. 

"Nah, untuk menghadapi peluang dan tantangan terkait pengembangan 5G, tentu operator telko harus memperkuat struktur permodalan dan jaringan, salah satunya bisa dicapai melalui merger," katanya.

Di Indonesia, menurut David, teknologi 5G resmi diluncurkan pada akhir Mei 2021. "Dengan strategi merger, operator telekomunikasi dapat lebih agresif dalam pengembangan 5G di seluruh pelosok Indonesia. Misalnya, merger antara PT Indosat Tbk dan PT Hutchison 3 Indonesia akan membuat teknologi 5G Indosat akan semakin solid berkat tambahan frekuensi dari Hutchison 3," katanya.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement