Sabtu 08 Jan 2022 14:19 WIB

Penguasa Polandia Akui Gunakan Pegasus Perangkat Pengintai Buatan Israel

Ponsel tiga kritikus pemerintah Polandia diretas menggunakan spyware Pegasus

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Pegasus, perangkat mata-mata buatan Israel
Foto: Republika
Pegasus, perangkat mata-mata buatan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Pemimpin Partai Konservatif Polandia yang berkuasa, Jaroslaw Kaczynski mengakui bahwa negaranya membeli perangkat pengintaian atau spyware dari Pegasus Israel. Seperti diketahui perangkat pengintaian itu ditemukan telah digunakan oleh banyak pemerintah di banyak negara untuk menindak kelompok oposisi.

Kaczynski membantah spyware Pegasus digunakan untuk menargetkan lawan politiknya. Justru spyware Pegasus, kata dia, digunakan untuk kemajuan teknologi atas sistem pemantauan sebelumnya yang membatasi layanan untuk memantau pesan terenkripsi.

Baca Juga

"Akan buruk jika layanan Polandia tidak memiliki alat jenis ini," kata Jaroslaw Kaczynski seperti dikutip laman Middle East Monitor, Sabtu (8/1/2022).

Klaim itu muncul meskipun laporan sebuah kelompok pengawas dunia maya di Universitas Toronto, Citizen Lab mengungkapkan bahwa ponsel tiga kritikus pemerintah Polandia diretas menggunakan spyware Pegasus. Amnesty International secara independen memverifikasi temuan tersebut.

Pihaknya mengungkapkan bahwa telepon Krzysztof Brejza diretas 33 kali dari 26 April 2019 hingga 23 Oktober 2019 ketika ia menjalankan kampanye pemilihan parlemen oposisi. Dua target Polandia lainnya adalah Roman Giertych, seorang pengacara yang mewakili politisi oposisi, dan Ewa Wrzosek, seorang jaksa independen.

Pesan teks diekstraksi dan diedit dari telepon Brejza yang kemudian bocor ke media lokal dan penyiar sebagai bagian dari kampanye kotor selama kampanye pemilihan. Brejza kini memutuskan bahwa pemilihan 2019 tidak adil dan telah menimbulkan seruan untuk komisi investigasi di parlemen. Namun demikian Kaczynski mengatakan dia tidak melihat alasan untuk membuat komisi investigasi itu.

"Tidak ada apa-apa di sini, tidak ada fakta, kecuali histeria oposisi. Tidak ada kasus Pegasus, tidak ada pengawasan," kata Kaczynski.

"Tidak ada Pegasus, tidak ada layanan, tidak ada informasi yang diperoleh secara diam-diam memainkan peran apa pun dalam kampanye pemilihan 2019. Mereka kalah karena kalah. Mereka seharusnya tidak mencari alasan seperti itu hari ini," ujarnya menambahkan.

Baca: Lampaui Delta, Covid-19 Omicron Buat AS Sentuh Rekor Kasus Tertinggi

Spyware Pegasus Israel dikembangkan oleh perusahaan spyware militer Israel NSO Group. Perangkat lunak NSO tidak hanya mampu menangkap pesan terenkripsi, foto, dan informasi sensitif lainnya dari ponsel, tetapi juga mengubahnya menjadi alat perekam untuk memantau lingkungan sekitar. Perusahaan tersebut telah berada di bawah sanksi AS sebagai akibat dari penggunaannya terhadap para pemimpin dunia dan kelompok hak asasi manusia hingga kekhawatiran bahwa penggunaannya telah mengarah pada penargetan dan pembunuhan para aktivis.

Baca: Jumlah Warga Nikaragua Pencari Suaka di Kosta Rika Sentuh Rekor

Menurut surat kabar Polandia Gazeta Wyborcza, pembelian spyware Israel dilakukan melalui Biro Antikorupsi Pusat (CBA). Pembelian itu menggunakan dana milik Kementerian Kehakiman, yang dijalankan oleh partai yang berkuasa.

Baca: Kasus Omicron Melejit, India Kerahkan Tambahan 45.000 Dokter Muda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement