Selasa 18 Jan 2022 09:21 WIB

Kurangi Ketergantungan Gawai Lewat Permainan Tradisional

Setiap permainan tradisional dapat mengembangkan karakter luhur bangsa.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Permainan anak Cinaboy yang dikembangkan mahasiswa UNY.
Foto: Dokumen
Permainan anak Cinaboy yang dikembangkan mahasiswa UNY.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pembelajaran jarak jauh yang diterapkan saat pandemi Covid-19 membuat anak lebih sering terpapar layar gawai seperti komputer, laptop, maupun ponsel. Bahaya adiksi gawai mengancam karena gawai semakin lekat dengan kehidupannya.

Dibutuhkan penggunaan gawai secara bijak selama pandemi Covid-19 supaya tidak menimbulkan ketergantungan gawai terhadap anak. Memaksimalkan waktu luang anak dengan aktivitas yang bermanfaat dapat menjadi solusi menghindari adiksi gawai.

Salah satunya mengajak anak untuk melakukan permainan tradisional. Permainan tradisional memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, begitu pula penanaman karakter di dalamnya karena setiap permainan terdapat nilai-nilai yang muncul.

Hal ini mendorong sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Ada Dwi Agnes Setianingrum, Dian Anggraini dan Akhip Nugroho (Pendidikan IPA), Furi Ningsih Sri Sukowati (Pendidikan Fisika), dan Aerafatma Ahyaun Nisa (PGSD).

Mereka menginisiasi permainan Cinaboy-Sulamanda terintegrasi Pipatic. Agnes mengatakan, Cinaboy atau boy-boyan merupakan permainan tradisional yang dapat mengembangkan karakter luhur bangsa seperti kerja sama, kreatif, dan komunikatif.

"Sedangkan, Sulamanda mampu meningkatkan kemampuan komunikasi, kemampuan susun strategi yang baik, melepaskan emosi anak, dan melatih anak belajar berkelompok," kata Agnes, Selasa (18/1).

Untuk memberi materi pelatihan, Agnes memakai Whatsapp group, Google Meet, dan Google Drive. Pipatic memakai konsep pelatihan sebagai metode pelaksanaan untuk menangani permasalahan perilaku dan kognisi agar sesuai apa yang diinginkan.

Pipatic terdiri dari empat fase yaitu motivasi, permainan yang mendidik, terapi personal, dan regulasi diri dapat dilakukan pada anak usia sekolah. Sebab, anak sudah mulai berpikir kritis, logis, dan mengembangkan strategi pemecahan masalah.

Pelatihan yang akan dilakukan membantu anak membentuk perspektif dan perilaku anak serta menangani terjadinya ketergantungan gawai sejak dini pada anak usia sekolah. Dalam kegiatan ini, mereka bekerja sama dengan Forum Anak Berbah.

Dalam materi pelatihan yang diberikan ke siswa antara lain bahaya bermain gawai berlebihan, pengenalan permainan tradisional, pengenalan permainan Cinaboy dan Sulamanda. Sekaligus, nilai-nilai pendidikan karakternya dan diskusi kelompok.

Agnes menekankan, Cinaboy memadukan kerja motorik anak dan mengasah kemampuan mereka dalam membuat strategi tim. Permainan ini terdiri dari 5-10 pemain yang dibagi menjadi dua kelompok dan dapat dilakukan di pelataran yang cukup luas.

"Karakter yang didapat dari permainan ini adalah rasa ingin tahu, kerjasama dengan rekan, demokratis, tanggung jawab, disiplin, cinta damai, kreatif, ketekunan, komunikatif," ujar Agnes.

Sedangkan, Sulamanda dapat melatih kemampuan anak menggerakkan tubuh, kelincahan anak dalam permainan, tingkatkan kemampuan komunikasi, kemampuan susun strategi yang baik. Lalu, melepaskan emosi anak dan melatih anak belajar dalam kelompok.

Kolaborasi dari permainan tradisional yang memadukan Cinaboy dengan Sulamanda dapat mengurangi penggunaan gawai yang berlebihan. Tingkatkan sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar dan meningkatkan jiwa sportivitas nilai-nilai baik lain.

"Diintegrasikan dengan metode Pipatic berupa pelatihan kontrol diri dalam mengurangi tingkat kecanduan gawai pada anak usia sekolah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement