Jumat 15 Apr 2022 11:11 WIB

Bumil dan Pejuang ASI tidak Perlu Takut Berpuasa

Puasa tidak memengaruhi kualitas kognitif janin.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Ibu hamil (Ilustrasi)
Foto: Pixabay
Ibu hamil (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Puasa Ramadhan jadi kewajiban umat Islam seluruh dunia. Menjalankannya tentu membutuhkan kondisi tubuh bugar. Namun, agama Islam memberikan keringanan golongan tertentu untuk tidak melakukan puasa, seperti orang sakit dan ibu hamil.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII), dr Nur Aini Djunet mengatakan, banyak penelitian kedokteran yang menunjukkan hasil, tidak terdapat perbedaan pertumbuhan janin antara ibu hamil yang berpuasa dan tidak berpuasa.

Data lain menunjukkan pula tidak ada perbedaan berat badan bayi saat lahir di antara keduanya. Nur mengungkapkan, hal-halal yang lebih mengejutkan lagi merupakan fakta kalau puasa tidak mempengaruhi kualitas kognitif janin.

"Tapi, tidak disarankan berpuasa bagi ibu hamil trimester pertama," kata Aini dalam Webinar Pengabdian Masyarakat FK UII, Kamis (14/4/2022).

Aini menuturkan, ibu hamil trimester pertama merupakan saat yang genting di mana pemenuhan gizi guna perkembangan janin. Meski penelitian menunjukkan hasil yang variatif, namun tidak menutup kemungkinan memunculkan penurunan kognitif janin.

Ia menegaskan, berpuasa saat hamil tidak akan berpengaruh bagi kesehatan jangka panjang sang anak. Namun, perlu dipahami terdapat beberapa data di lapangan yang menunjukkan kondisi sebaliknya.

Salah satunya, ibu hamil usia di atas 40 tahun. "Usia tersebut merupakan usia berisiko tinggi untuk proses kehamilan secara umum," ujar Aini.

Aini turut menjelaskan komplikasi yang mungkin dialami ibu hamil yang berpuasa. Mual, muntah, diare, nyeri kepala, tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi, dan kadar gula rendah. Komplikasi lebih sering terjadi pada trimester pertama.

Hal yang lebih mengejutkan lagi ibu hamil yang berpuasa lebih banyak yang bisa melahirkan secara normal. Aini turut mengingatkan ada tanda gejala puasa harus dihentikan yaitu saat berat badan berkurang dan rekurensi gerakan bayi melemah.

Tanda gawat lain merasa sangat haus, jarang buang air kecil, dan warna urin jadi gelap. Tanda gejala itu dehidrasi dan bisa membuat ibu hamil mengalami infeksi saluran kemih. Bumil yang pusing, mual, dan muntah saat puasa segera batalkan.

Aini memberi tips agar ibu hamil segera mengonsumsi minuman dengan kandungan gula dan garam. Kemudian, segera menghubungi dokter atau fasilitas kesehatan terdekat. Islam sendiri memberi keringanan bagi ibu menyusui tidak berpuasa.

Mereka bisa mengganti puasa lain hari. Aini mengungkapkan fakta, tidak ada beda pertumbuhan bayi baik berat/panjang badan dan lingkar kepala dari ibu menyusui berpuasa maupun tidak. Jadi, ibu hamil dan menyusui tidak usah takut berpuasa.

"Cukupi kebutuhan gizi. Ibu hamil kebutuhan 2.250 kilo kalori ditambah 180 kilo kalori trimester pertama jadi 2.430 kilo kalori. Lebih banyak trimester II dan III yaitu 2.550 kilo kalori. Saat menyusui energi yang dibutuhkan 2.600 kilo kalori," ujarnya.

Aini berpesan agar ibu dapat mengenali cukup gizi pada ibu hamil. Antara lain berat badan ibu bertambah secara normal, tekanan darah dan gula normal, tumbuh kembang janin optimal, rambut berkilau, kulit halus dan nafsu makan baik.

Tanda anak cukup ASI meliputi dalam satu bulan berat badan anak naik 400-1.000 gram, bayi BAB minimal satu kali sehari warna kuning cerah, payudara rasa kosong dan kempes setelah menyusui, dan bayi buang air kecil minimal enam kali sehari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement