Selasa 26 Apr 2022 14:56 WIB

Kaum Muda Dinilai Jadi Bagian Penting dalam Strategi Pentahelix

Pemerintah, komunitas, akademisi, pengusaha, dan media harus mampu berkolaborasi.

Acara Youth Peace Ambassador Workshop: Growing Tolerance through Peaceful Narratives bersama United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), beberapa waktu lalu.
Foto: dokpri
Acara Youth Peace Ambassador Workshop: Growing Tolerance through Peaceful Narratives bersama United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemuda sebagai generasi yang cerdas teknologi dan memiliki kreativitas serta inovasi yang luar biasa diharapkan mempu menjadi ujung tombak dalam upaya penanggulangan ekstremisme dan radikalisme di tengah gempuran hoaks, hate speech, dan narasi radikal yang ada di dunia maya.

Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Nisan Setiadi, menyatakan pihaknya mengeluarkan kebijakan strategi Pentahelix yang melibatkan semua unsur masyarakat termasuk dalam hal ini para generasi muda, untuk ikut berperan untuk menanggulangi ekstremisme dan terorisme

"Ini sangat pas dengan strategi BNPT untuk melibatkan komunitas generasi muda dalam upaya mengurangi ekstremisme dan tereorisme dengan membangun narasi perdamaian. Dimana BNPT dalam penanggulangan  terrorisme berpijak pada kebijakan Pentahelix yang melibatkan multipihak," ungkap Mayjen TNI Nisan Setiadi  dalam sambutannya melalui siaran langsung jarak jauh pada acara Youth Peace Ambassador Workshop: Growing Tolerance through Peaceful Narratives bersama United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut Deputi I BNPT mengatakan, upaya penanggulangan intoleransi, radikalisme, dan terorisme harus dibangun dengan kekuatan bersama dengan konsep penanggulangan yang bersifat pentahelix. Di mana semua elemen seperti pemerintah, komunitas, akademisi, pengusaha dan media harus mampu bersinergi dan berkolaborasi.

"Dalam upaya penanggulangan terorisme di dunia membutuhkan generasi muda yang cerdas teknologi, visioner kreatif, inovatif dalam membuat konten di dunia maya, dan keberadaan Duta Damai Dunia Maya, agar dapat memberikan kontra narasi yang bisa mempengaruhi lingkungannya,”" kata alumni Akmil tahun 1988 ini.

Ia mengatakan bahwasanya kelompok radikal dan terorisme saat ini telah banyak memanfaatkan ruang di sosial media untuk menyebarkan dan mengkampanyekan narasi kebencian dan kekerasan serta paham transnasionalnya.

"Tujuan pelibatan anak muda ini, karena Dunia maya yang menjadi ruang tanpa batas dan tanpa kontrol, banyak dimanfaatkan untuk konten negatif bernuansa provokatif berisi hasutan, ujaran kebencian dan hate speech, yang mana hal ini dapat menggangu persatuan bangsa,”" kata mantan Komandan Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Danpussenarhanud) Kodiklatad ini.

Dalam acara yang dihadiri oleh 28 perwakilan Duta Damai Dunia Maya BNPT dari 14 provinsi ini, Nisan juga menyambut baik kegiatan workshop yang akan digelar selama tiga hari kedepan. Apalagi kegiatan diisi oleh mentor serta narasumber yang kompeten dan ahli di bidangnya, untuk menambah wawasan dan persepsi tentang bahaya radikal terorisme kepada generasi muda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement