Kamis 02 Jun 2022 22:14 WIB

Bantul tidak Akan Tutup Pasar Hewan Dalam Mencegah Penyebaran PMK

Pasar hewan terbesar di Bantul yaitu Pasar Hewan Imogiri masih tetap buka.

Aneka jenis sapi ditawarkan oleh peternak dan pedagang di Pasar Hewan Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Kamis (16/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Aneka jenis sapi ditawarkan oleh peternak dan pedagang di Pasar Hewan Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Kamis (16/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tidak akan menutup pasar hewan daerah ini dalam mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak. Meski pasar hewan di daerah lain di DIY ditutup akibat ditemukannya ternak terinfeksi PMK.

"Pemkab Bantul tidak menutup pasar, pasar pasar hewan yang ditutup itu ada di luar wilayah Kabupaten Bantul," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menanggapi perkembangan kasus PMK di Bantul, Kamis (2/6/2022).

Bupati mengatakan, tidak mengambil kebijakan untuk menutup pasar hewan di Bantul, dikarenakan pemerintah daerah berpihak kepada masyarakat pengusaha dan jagal sapi yang berkaitan dengan konsumen yang membutuhkan daging sapi."Jadi Bantul sangat berpihak kepada konsumen yang membutuhkan daging sapi, perkara ada PMK itu, Bantul lebih memilih untuk melakukan desinfeksi, kemudian pantauan dan pemeriksaan sapi daripada menutup pasar hewan," katanya.

Dengan demikian, kata Bupati, satu satunya pasar hewan terbesar di Bantul yaitu Pasar Hewan Imogiri masih tetap buka melayani transaksi, meski pasar hewan di Gunung Kidul, pasar hewan Prambanan, dan pasar hewan di Klaten ditutup karena temuan kasus PMK."Tidak ada di Bantul yang kita tutup, tapi karena para pedagang sapi, jagal sapi itu yang banyak di Bantul maka mereka ini terkena imbas dari pasar luar Bantul, karena mereka membeli di pasar Gunung Kidul, Pasar Prambanan," katanya.

Bupati Bantul juga tidak memungkiri, adanya para pengusaha daging sapi dan jagal sapi di Bantul melakukan aksi tidak memotong ternak beberapa hari imbas penutupan pasar hewan luar Bantul yang selama ini menyuplai kebutuhan sapi mereka, namun hal itu bukan karena kebijakan dari Bantul.

"Kalau mereka mereaksi seperti itu tentu ini akan berdampak kepada perdagangan daging sapi di Bantul, karena jumlah mereka banyak, kalau saya Bupati Bantul ruang lingkup kewenangan itu di Bantul, kita tidak menutup pasar, jadi saya kira protes itu tidak dialamatkan kepada Bantul," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul Joko Waluyo mengatakan, kasus PMK telah ditemukan pada ternak di Bantul, tercatat telah ada 13 ternak yang positif terinfeksi PMK sesuai hasil laboratorium Balai Besar Veteriner Yogyakarta, dari total 88 ternak yang dicurigai atau suspek.

"Tetapi Bantul tidak akan menutup, sesuai dengan perintah Pak Bupati, Bantul tidak akan menutup pasar hewan, tapi kita mengantisipasi jangan sampai penyebaran PMK cukup besar di Bantul," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement