Ahad 12 Jun 2022 18:48 WIB

Deformasi Merapi Terus Tunjukkan Laju Pemendekan Jarak

Secara visual, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Luncuran lava pijar keluar dari kawah Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (4/5/2022). Menurut data BPPTKG Yogyakarta pada periode pengamatan 4 Mei 2022 pukul 00.00-12.00 WIB telah terjadi 11 guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Luncuran lava pijar keluar dari kawah Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (4/5/2022). Menurut data BPPTKG Yogyakarta pada periode pengamatan 4 Mei 2022 pukul 00.00-12.00 WIB telah terjadi 11 guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terus melakukan pemantauan terhadap aktivitas vulkanik Gunung Merapi. Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, pekan ini teramati 75 guguran lava.

Guguran turun ke arah barat daya, dominan ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter. Di kubah barat daya tidak teramati perubahan ketinggian kubah. Untuk kubah tengah tidak pula teramati perubahan morfologi signifikan.

"Berdasarkan analisis foto volume kubah lava barat daya terhitung 1.551.000 meter kubik dan kubah tengah 2.582.000 meter kubik," kata Budi, Sabtu (11/6/2022).

Secara visual, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan siang dan sore hari berkabut. Asap ketebalan tipis sampai tebal, tekanan lemah dan tinggi 100 meter teramati dari Pos Kaliurang pada 6 Juni 2022.

 

Pada periode 3-9 Juni 2022, BPPTKG mencatat 84 kali gempa vulkanik dangkal di Gunung Merapi. Lalu, 283 kali gempa fase banyak, dua kali gempa low frekuensi, 666 kali gempa guguran, 23 kali gempa hembusan dan sembilan kali gempa tektonik.

Untuk itu, Budi menekankan, intensitas kegempaan pada pekan ini masih cukup tinggi. Pekan ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 21 milimeter per jam selama 35 menit di Ngepos.

"Deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan EDM pada pekan ini yang menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 1,5 sentimeter per hari," ujar Budi.

Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Merapi. Berdasarkan hasil-hasil pengamatan visual dan instrumental tersebut, BPPTKG menyimpulkan aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi.

Aktivitas masih berupa erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat siaga. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer.

Selain itu, potensi bahaya ada di Sungai Bedog, Sungai Krasak dan Sungai Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Dari sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol sejauh maksimal lima kilometer.

"Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," kata Budi.

BPPTKG merekomendasikan kepada Pemkab Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten agar melakukan upaya-upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi saat ini. Masyarakat diminta tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Kemudian, BPPTKG turut mengingatkan kepada masyarakat agar dapat mengantisipasi gangguan-gangguan akibat abu vulkanik ketika ada erupsi Gunung Merapi. Serta, mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

"Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," ujar Budi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement