Jumat 24 Jun 2022 17:03 WIB

DLH Klaim Kualitas Udara Surabaya Baik

Monitoring dilakukan menggunakan beberapa jenis alat pengukur.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
DLH Klaim Kualitas Udara Surabaya Baik (ilustrasi).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
DLH Klaim Kualitas Udara Surabaya Baik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro menyebut, berdasarkan hasil monitoring Indeks Kualitas Udara (IKU) di Kota Surabaya pada rentang Januari hingga Mei 2022 berada pada angka 87,0874 atau dalam klasifikasi baik. Agus Hebi menjelaskan, status mutu udara dilakukan dengan menghitung rata-rata konsentrasi parameter SO2 (Sulfur Dioksida) dan NO2 (Nitrogen Dioksida) tahunan sesuai Permen LHK nomor 27 Tltahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.

"Hasil monitoring perhitungan IKU di Kota Surabaya pada rentang Januari-Mei 2022 sebesar 87,0874. Artinya, IKU di Kota Surabaya dalam klasifikasi baik," kata Agus Hebi di Surabaya, Jumat (24/6/2022).

Baca Juga

Agus Hebi mengaku, monitoring dilakukan menggunakan beberapa jenis alat pengukur yang ditempatkan di sejumlah titik. Pada pemantauan berkelanjutan, DLH menggunakan alat pengukur analyzer yang ditempatkan di stasiun pemantau Kantor Kelurahan Kebonsari dan Kebun Bibit Wonorejo. Pemantauan di dua lokasi itu merujuk pada parameter kualitas udara (PM10, CO, NO2, SO2, dan O3), serta meteorologi (kecepatan dan arah angin, suhu, kelembaban, curah hujan serta global radiasi).

"Pemantauan pada kedua lokasi itu menghasilkan dua data. Yaitu data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) serta data konsentrasi kualitas udara dan parameter iklim," ujarnya.

 

Tidak hanya alat pengukur analyzer, DLH Surabaya juga menggunakan sensor. Agus Hebi menyebut, pengukuran alat sensor merujuk pada parameter kualitas udara (PM10, PM 2.5, CO, NO2, SO2, dan O3), serta meteorologi (kecepatan dan arah angin, suhu, kelembaban, curah hujan, global radiasi serta UV Indeks).

"Untuk alat pengukur sensor ditempatkan di Kantor Kecamatan Tandes. Alat pengukur sensor juga menghasilkan data (output) sama dengan alat pengukur analyzer," kata dia.

Selain melakukan monitoring secara berkelanjutan, DLH Surabaya juga menerapkan pemantauan sesaat. Yakni dengan menggunakan alat Gent Stack Sampler serta Passive Sampler. Keduanya merupakan alat pencuplik udara yang lokasinya dapat dipindah-pindah sesuai dengan kebutuhan.

Hebi menyebut, pemantauan Gent Stack Sampler merujuk pada parameter PM10, PM 2.5, black carbon dan 16 unsur logam lainnya dengan lokasi pantau berada di Terminal Tambak Osowilangun (TOW) yang dapat dipindah sesuai kebutuhan. Sedangkan Passive Sampler, kata dia, parameternya merujuk pada NOx dan SO2 dengan lokasi pantau SIER (Industri), Kebun Bibit (Permukiman), Jemur Ngawinan (Transportasi), dan Menanggal (Perkantoran) yang dapat dipindah sesuai kebutuhan).

"Sampel dari hasil pemantauan pada kedua alat tersebut dilakukan analisa terlebih dahulu di lab," ujar Agus Hebi.

Agus Hebi melanjutkan, berdasarkan hasil pemantauan sejak 2017 hingga 2021, IKU di Kota Surabaya rerata nilainya sekitar 90, atau dalam klasifikasi sangat baik. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Pahlawan juga diakuinya mengalami peningkatan jumlah hari baik. Data kumulatif DLH mencatat, ISPU Surabaya pada 2021 untuk kategori udara Baik berada di angka 218. Lalu dalam kategori Sedang di angka 146, dan Tidak Sehat di angka 1. Artinya, selama kurun satu tahun, kualitas udara di Surabaya Baik.

Agus Hebi memastikan akan terus menekan sumber emisi atau polutan udara melalui sejumlah upaya. Mulai dari manajemen transportasi yang berkelanjutan, pengelolaan limbah (sampah dan air limbah), serta pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha/ kegiatan melalui Dok Lingkungan.

"Termasuk pula melakukan pengawasan atau penegakkan hukum bagi pencemar lingkungan, mengadakan Car Free Day (CFD) berkala, uji emisi secara periodik, serta mengedukasi masyarakat," ujarnya.

Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arie Dipareza Syafei menjelaskan, hasil data perhitungan kualitas udara di Kota Surabaya yang dilakukan sebelum pandemi Civid-19 dalam kategori baik. Yaitu berada di angka 60-70 persen. Arie pun mempertanyakan data perhitungan pada aplikasi IQ Air yang mencatat kualitas udara Surabaya buruk. Arie mengaku, hingga saat ini belum mengetahui di mana titik alat IQ Air dipasang di Kota Pahlawan.

"Saya sampai sekarang tidak tahu titiknya (alat IQ Air) dipasang di mana. Kalau misalnya dipasang yang disampingnya ada pembangunan, ya (kualitas udara) jelek terus, debunya kemana-mana," kata Arie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement