Selasa 28 Jun 2022 03:27 WIB

Wisudawan Terbaik UMM Ini Lahirkan Puluhan Buku

Dalam menulis, bukan hanya soal idealisme tetapi juga kebermanfaatan bagi sesama.

Wisudawan terbaik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Iwan Kuswandi.
Foto: Dok. Humas UMM
Wisudawan terbaik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Iwan Kuswandi.

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Istiqamah dalam suatu hal bukan perkara yang mudah. Sebab, banyak tantangan dan juga godaan yang menyertainya. 

Namun hal tersebut dapat dilalui dengan baik oleh Iwan Kuswandi. Berkat keteguhan hatinya dalam menulis, wisudawan terbaik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini dapat melahirkan 25 karya buku dan berbagai artikel jurnal terakreditasi nasional serta internasional.

Baca Juga

Wisudawan Strata tiga (S3) yang dikukuhkan pada Selasa (28/6/2022) ini menceritakan, awalnya ia tidak tertarik pada dunia kepenulisan. Saat menjalani pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di pondok pesantren, ia lebih senang menghabiskan waktunya dengan berorganisasi dibandingkan menulis. Namun pada suatu hari, salah satu pengurus pondok memintanya untuk membuat biografi Kiai Muhammad Tijani Jauhari.

Awalnya, dia sangat sulit untuk menulis biografi tersebut. Namun berkat bantuan dari para kiai, dia dapat merampungkan penulisan biografi itu dengan baik. "Sejak saat itu saya menanamkan tekad istiqamah menulis sebagai bagian dari hidup saya,” kata Dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumenep tersebut.

 

Dari 25 buku yang telah ditulis, Iwan sapaan akrabnya mengaku ada salah satu buku yang paling berkesan untuknya. Buku tersebut berjudul Kera Pun Bisa Mengaji. Dalam proses pengerjaannya, pria asal Sumenep tersebut berjuang keras untuk menggali data dan mengidentifikasi fakta. 

Menurut dia, buku tersebut membahas mengenai biografi dan rekam jejak para ulama Islam di Madura. Kesulitan yang paling terasa adalah meyakinkan keluarga maupun ahli waris para ulama mengenai buku ini. 

Iwan mengingat, satu kejadian unik yang dia alami saat proses penulisan buku. Hal ini terutama ketika dia mewawancarai cucu Kiai Ahmad Dahlan. "Semua jawaban yang dilontarkannya saat wawancara adalah tidak tahu. Itu cukup membuat saya kebingungan,” ungkap pria kelahiran 1987 itu dalam pesan resmi yang diterima Republika, Senin (26/7/2022).

Terkait kepenulisan, guru pondok pesantren TMI Al Amien Prenduan Sumenep ini mengatakan, perkuliahannya di UMM berperan besar pada pengembangan tulisannya. Peningkatan signifikan yang ia rasakan semenjak berkuliah di UMM adalah tulisannya yang tidak hanya termuat di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Bahkan beberapa tulisannya bisa meraih indeks dari Scopus.

Menurut dia, menulis itu sebuah pesan dakwah Islam. Seperti yang tersirat dalam Surat Al-Qolam ayat 1 yang berarti demi pena dan apa yang mereka tuliskan. Dalam menulis, bukan hanya soal idealisme tetapi juga kebermanfaatan bagi sesama. 

"Bagi para muda mudi yang sedang atau ingin menulis, saya sarankan ditingkatkan lagi istiqamahnya dan jangan mudah putus asa saat berproses,” ungkapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement