Senin 25 Jul 2022 17:14 WIB

Gagas Kelola Sampah Tanpa Sisa, UWM Terima Hibah Revolusi Mental

Usulan hibah riset didasari kenyataan buruk tentang kondisi sampah perkotaan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
UWM menerima hibah Program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) dari Kemenko PMK yang disaksikan Menteri Koordinasi PMK Muhadjir Effendy.
Foto: Dokumen
UWM menerima hibah Program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) dari Kemenko PMK yang disaksikan Menteri Koordinasi PMK Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Widya Mataram (UWM) menerima hibah Program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Hibah ini didapatkan atas penggagasan pengelolaan sampah tanpa sisa dari riset yang diusulkan UWM.

UWM sendiri mengusulkan riset berjudul Penelitian Pengembangan Pendidikan Berbasis Education For Sustainable Development (Esd), Pendampingan Pengelolaan Sampah Perkotaan Terpadu Berbasis Masyarakat di Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta. Usulan topik riset ini membuat UWM terpilih sebagai salah satu perguruan tinggi yang menerima hibah GNRM.

Wakil Rektor III sekaligus Ketua Pelaksana GNRM UWM, Puji Qomariyah mengatakan, UWM masuk dalam 35 perguruan tinggi yang diterima usulan riset hibahnya oleh Kementerian PMK. Penandatanganan kontrak penerimaan hibah itu sendiri sudah dilakukan pekan kemarin di DKI Jakarta.  

Ia menyebut, usulan hibah riset didasari kenyataan buruk tentang kondisi sampah perkotaan. Produksi sampah perkotaan dari hari ke hari semakin meningkat.

Peningkatan ini, katanya, sejalan dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang juga terus meningkat. Dalam proposal riset yang diusulkan, katanya, diajukan gagasan sistem pengelolaan sampah tanpa sisa (zero waste system), dengan regulator sekaligus pelaksana sepenuhnya masyarakat, posisi pemerintah sebagai fasilitator.

Gagasan partisipatif pengelolaan sampah tanpa sisa itu dikatakan sebagai solusi tentang penanganan sampah kota yang berbiaya tinggi. "Akibatnya, para pengelola sampah dari pemerintah kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang 60 persen dari seluruh produksi sampahnya," kata Puji, Senin (25/7/2022).

Dijelaskan, khusus di DIY sendiri produksi sampah mencapai 1.133 ton per hari berdasarkan data dari Bappeda DIY. Sementara, sampah yang bisa diproses hanya sekitar 893 ton per hari. "Terdapat sisa sampah yang tidak ditangani," ujar Puji.

Di DIY sudah ada pengelola sampah selain dari instansi pemerintah daerah. Seperti kelompok-kelompok pengelola sampah 4R (reduce, reuse, recycle, replace) yang ada di tingkat kelurahan, termasuk bank sampah di sebanyak 1.272 bank di DIY.

Selain itu, kata Puji, pengelolaan sampah mandiri juga mencapai 10 persen. Meskipun terdapat berbagai kelompok pengelola sampah ini, namun pengelolaan sampah kota belum teratasi dengan maksimal.

Pihaknya pun menjadikan pengelolaan sampah perkotaan di kawasan Kecamatan Kraton di Kota Yogyakarta, DIY sebagai sasaran riset. Dari hasil riset ini nantinya, diharapkan dapat mendatangkan multi efek positif dari segi mengurangi volume dan pengolahan sampah secara mandiri.

"Strategi ini diharapkan dapat membantu menata ulang (revitalisasi) kawasan Njeron Beteng sebagai salah satu situs warisan budaya. Sekaligus adanya aktivitas ekonomi yang cukup besar berupa pasar, industri konveksi, pariwisata, serta kegiatan ekonomi lainnya terbebas dari sampah," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement