Kamis 06 Oct 2022 14:21 WIB

Terkait Tragedi Kanjuruhan, Dinas Sebut Wagir sebagai Daerah dengan Korban Anak Terbanyak

Sebanyak 12 anak menjadi korban tragedi Kanjuruhan di Kecamatan Wagir.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meluncurkan gerakan trauma support mobility untuk korban tragedi Kanjuruhan di Hall Dome UMM, Malang, Kamis (6/10/2022). Selain tim UMM, gerakan ini juga melibatkan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang, UIN Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Merdeka dan sebagainya.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meluncurkan gerakan trauma support mobility untuk korban tragedi Kanjuruhan di Hall Dome UMM, Malang, Kamis (6/10/2022). Selain tim UMM, gerakan ini juga melibatkan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang, UIN Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Merdeka dan sebagainya.

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Kecamatan Wagir di Kabupaten Malang disebut sebagai wilayah dengan jumlah korban anak terbanyak dalam tragedi Kanjuruhan. Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang, Arbani Mukti Wibowo di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (6/10/2022).

Berdasarkan data yang diterima dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, sebanyak 12 anak menjadi korban tragedi Kanjuruhan di Kecamatan Wagir. Jumlah ini terdiri atas lima anak meninggal dunia dan tujuh anak mengalami luka-luka. "Dari yang tujuh, dua mengalami luka berat dan masih di rumah sakit kemudian lima anak mengalami luka ringan," ucapnya.

Baca Juga

Menurut Arbani, lima anak yang mengalami luka ringan tersebut masih menjalani rawat jalan. Dia memastikan kelompok ini yang akan mendapatkan trauma healing. Dinasnya direncanakan akan mengunjungi seluruh anak tersebut pada Kamis (6/10/2022).

"Untuk selanjutnya apabila ada bantuan tenaga lain, kita bisa segera mungkin untuk menyasar anak di kecamatan lain di Kabupaten Malang," ucapnya.

 

Di sisi lain, Arbani tak menampik pihaknya tidak memiliki tenaga ahli di bidang psikologi. Sebab itu, dia mendapatkan dukungan dari Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Hal ini yang membuat UMM resmi meluncurkan gerakan trauma support mobility per 6 Oktober 2022.

Selain tim UMM, gerakan ini juga diisi oleh tim dari HIMPSI Malang, Save the Children, Maharesigana UMM, MDMC, UIN Maulana Malik Ibrahim, Universitas Merdeka, Universitas Brawijaya dan sederet lainnya. Hadir pula perwakilan dari BTS ARMY Help Center Indonesia yang akan mendukung proses trauma tersebut.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI, Profesor Muhadjir Effendy menilai, tim gabungan ini merupakan upaya yang bagus untuk mengatasi insiden di Stadion Kanjuruhan. Berbeda dengan korban fisik yang bisa diukur dan diperkirakan sembuhnya, cedera korban mental lebih sulit untuk dihitung dan diidentifikasi. Bahkan bukan hanya korban tetapi juga kerabat dan keluarga yang ditinggalkan.

Muhadjir mengaku sempat menemui seorang bapak dari korban meninggal. Dua anaknya terenggut dalam insiden tragedi Kanjuruhan. Sebab itu, bantuan pemulihan terhadap keluarga korban juga penting untuk diberikan.

Ada pun terkait dana operasional, ia menjelaskan, ada dana siap pakai (DSP) di pemerintah daerah yang bisa dialokasikan. Hal ini termasuk salah satunya untuk memberikan santunan kepada keluarga dan kegiatan trauma support ini. Ia juga mendorong para rektor di perguruan tinggi Malang untuk turut berkontribusi dalam rangkaian pendampingan psikologis tersebut agar lebih masif.

“Tak perlu kita melihat siapa yang duluan, siapa yang paling berkontribusi. Ini adalah bencana sosial yang sifatnya non-diskriminasi, maka semua harus ikut memberikan bantuan. Teman-teman juga bisa mengajak organisasi dan pihak lain untuk turut serta membantu dalam tragedi ini,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement