Rabu 02 Nov 2022 10:23 WIB

Inflasi Purwokerto dan Cilacap pada Oktober 2022 Melandai

Komoditas beras masih mengalami inflasi akibat penurunan produksi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Muhammad Fakhruddin
Inflasi Purwokerto dan Cilacap pada Oktober 2022 Melandai (ilustrasi).
Inflasi Purwokerto dan Cilacap pada Oktober 2022 Melandai (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO -- Tingkat Inflasi Purwokerto dan Cilacap pada Oktober 2022 masing-masing tercatat sebesar 0,02 persen (mtm) dan 0,01 persen (mtm), berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Tingkat inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sejalan dengan mulai terkendalinya harga beberapa komoditas pangan strategis.

Beberapa komoditas tersebut seperti aneka cabai seiring pasokan yang terpantau tinggi pasca puncak musim panen serta telur dan daging ayam ras yang didukung oleh terjaganya pasokan.

Di sisi lain, komoditas beras masih mengalami inflasi akibat penurunan produksi seiring berlangsungnya periode tanam gadu di berbagai sentra produksi.

"Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas dan Cilacap telah melakukan penguatan sinergi program pengendalian inflasi serta penanggulangan dampak inflasi melalui implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Rony Hartawan, Rabu (2/10/2022).

 

Di antaranya melalui pelaksanaan operasi pasar dan pasar murah untuk beberapa komoditas seperti beras, minyak goreng, aneka cabai, bawang merah, dan daging ayam ras; pencanangan program urban farming melalui gerakan tanam cabai di pekarangan; penyerahan bentuan berupa peralatan digital farming untuk komoditas padi dan bawang merah dan peralatan pasca panen beras; pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah (KAD) komoditas bawang merah antara BUMP PT Bawor Tani Sejahtera (Banyumas) dan Poktan Mekar Jaya (Brebes).

Secara khusus, inflasi di Purwokerto pada Oktober 2022 tercatat sebesar 0,02 persen (mtm), menurun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,15 persen (mtm). Inflasi terutama bersumber dari peningkatan harga pada kelompok transportasi dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen (mtm).

Di lihat dari komoditasnya, komoditas yang mendorong penurunan inflasi antara lain adalah telur ayam ras, cabai merah, daging ayam ras, cabai hijau, dan cabai rawit. Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang masih mengalami kenaikan harga, seperti beras, bensin, rokok kretek filter, tukang bukan mandor, dan laundry.

Dengan perkembangan tersebut, secara tahun kalender inflasi Purwokerto tercatat sebesar 5,64 persen (ytd) dan secara tahunan sebesar 6,84 persen (yoy). Capaian inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi Oktober tahun 2019 s.d 2021 yang sebesar 1,83 persen (yoy).

Pada periode yang sama, Cilacap mengalami inflasi sebesar 0,01 persen (mtm), menurun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,11 persen (mtm). Inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar RT dengan andil sebesar 0,09 persen (mtm).

Di lihat dari komoditasnya, komoditas yang mendorong penurunan inflasi antara lain adalah cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, minyak goreng, cabai rawit. Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang masih mengalami kenaikan harga, seperti beras, bahan bakar RT, jeruk, kopi bubuk, dan udang basah.

Secara tahun kalender, inflasi Cilacap tercatat sebesar 5,96 persen (ytd). Adapun capaian inflasi secara tahunan dilaporkan sebesar 7,21 persen (yoy) pada posisi Oktober 2022. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi Oktober tahun 2019 s.d 2021 yang sebesar 1,58 persen (yoy).

Menurut Rony, inflasi Purwokerto dan Cilacap pada 2022 diperkirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan akan kembali ke dalam sasaran inflasi 3±1 (yoy) pada 2023. Adapun risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian inflasi pada tahun berjalan antara lain meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan arah pemulihan ekonomi nasional, masih tingginya harga energi dan pangan global (imported inflation), ketegangan geopolitik, serta risiko bergejolaknya harga pangan.

"Dalam hal ini koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, dan pihak terkait lainnya akan terus diperkuat sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok," kata Rony.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement