Sabtu 10 Dec 2022 00:15 WIB

Samarkand, Permata dari Timur

Di era kejayaan Islam, Samarkand menjadi pusat studi para ilmuwan.

Alun-Alun Registan di Samarkand.
Foto: en.wikipedia.org
Alun-Alun Registan di Samarkand.

IHRAM.CO.ID, Naskah Arab kuno menjulukinya ‘Permata dari Timur’. Orang-orang Eropa menyebutnya ‘Tanah Para Saintis’. Kota nan megah dan indah itu sama tuanya dengan Romawi, Athena, dan Babilonia. Tanah legenda yang tahun ini berusia 2.757 tahun itu bernama Samarkand - kota terbesar kedua di Uzbekistan.

Keindahan Samarkand yang begitu populer sempat membuat Kaisar Aleksander Agung terpikat. Tatkala menginjakkan kakinya untuk pertama kali di tanah Samarkand, Aleksander pun berseru, ‘’Aku telah lama mendengar keindahan kota ini, namun tak pernah mengira kota ini ternyata benar-benar cantik dan megah.’’ Selain kesohor dengan keindahannya, Samarkand pun dikenal sebagai kota yang strategis.

Kota legenda itu berada di tengah ‘Bayangan Asia’ yang menghubungkan Jalur Sutera antara Cina dan Barat. Di era kejayaan Islam, Samarkand menjadi pusat studi para ilmuwan. Itulah mengapa, orang-orang Eropa mendaulatnya sebagai ‘Tanah Para Saintis’. Samarkand merupakan salah satu kota tertua di dunia. Awalnya, kota itu bernama Maracanda. Pada 329 SM, kota itu ditaklukkan Aleksander Agung. Dua abad kemudian, Samarkand menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Himyar (115 SM - 33 M). Saat itu, kota itu menjadi tempat bertemunya tiga kebudayaan yakni

Barat, Cina, dan Arab.Di abad ke-6 M, Samarkand jauh ke dalam kekuasaan Kerajaan Turki. Samarkand memasuki babak baru ketika Islam menaklukkan wilayah itu pada abad  ke-8 M. Dinasti Umayyah yang saat itu dipimpin Khalifah Abdul Malik (685 M - 705 M) menugaskan Qutaibah bin Muslim sebagai gubernur di wilayah Khurasan.

Ketika itu, Samarkand dipimpin Tarkhum yang telah melepaskan diri dari kekuasaan dinasti Cina. Qutaibah dan Tarkhum pun menjalin kesepakatan damai. Namun, pengganti Tarkhum memaksa pasukan Muslim pimpinan Qutaibah untuk menaklukkannya.

Pemerintahan Umayyah pun lalu menempatkan pasukannya di wilayah itu. Perlahan namun pasti ajaran Islam mulai diterima penduduk Samarkand. Bahkan wilayah itu bersama dengan Bukhara sempat menjadi pusat Islamisasi penting di Asia Tengah.

Setelah Dinasti Umayyah digulingkan Abbasiyah, pasukan Islam dan Cina terlibat pertempuran yang dikenal sebagai Perang Talas pada 751 M. Umat Islam pada masa keemasan itu mulai mentransfer ilmu dan cara pembuatan kertas dari dua tahanan perang asal Cina.

Tak salah, bila Samarkand dijuluki sebagai kota tonggak revolusi budaya dunia. Sebab, di kota itulah pertama kali industri kertas pertama muncul. Industri kertas pun akhirnya menyebar ke seluruh dunia Islam hingga Eropa.

Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah memberikan jabatan gubernur kepada putra-putra Asad bin Saman untuk memerintah Transoksania dari Samarkand. Keluarga Saman pada 875 M memproklamirkan berdirinya Dinasti Samanid dan menguasai Samarkand.

Setelah itu, Samarkand pun secara bergantian dikuasai dinasti-dinasti Islam. Pada 999 M, kota itu di bawah kekuasaan Dinasti Qarakhanid. Setelah itu, Samarkand dikuasai Dinasti Seljuk (1073 M), Dinasti Qarakhitai (1141 M) dan Dinasti Khawarizmian (1210 M). Saat dikuasai dinasti-dinasti itu, Samarkand belum mencapai masa kejayaannya.

Pada abad ke-10 M, populasi penduduk di kota itu lebih dari setengah juta jiwa. Samarkand mencapai masa keemasannya di era Islam, ketika Dinasti Timurid (1370 M - 1506 M) berkuasa. Dinasti itu menundukkan Samarkand dari tangan Shah Sultan Muhammad - penguasa Dinasti Khawarizmia. Di bawah kepemimpinan Timur Lenk, dua penjelajah terkemuka Marco Polo dan Ibnu Batutta sudah melihat geliat kemajuan yang dicapai Samarkand.

‘’Samarkand merupakan salah satu kota terbesar dan paling cantik dan indah di dunia,’’ ungkap Ibnu Batutta berdecak kagum. Saat Timur Lenk berkuasa,

Samarkand menjelma menjadi kota yang berkembang pesat. Hampir separuh dari aktivitas perdagangan di Asia berputar di kota Samarkand. Pada masa itu, di pasar Samarkand sudah bisa ditemukan beragam produk seperti kulit, linen, rempah-rempah, sutera, batu mulia, melon, apel, dan beragam barang lainnya.

Di era itu, Samarkand sudah memiliki monumen-monumen arsitektur yang megah. Kota itupun sudah memiliki banyak seniman dan sarjana. Pengganti Timur Lenk, Syahrukh memindahkan ibu kota Timurid dari Samarkand ke Heart. Meski begitu, hingga masa pemerintahan Ulugh Beg, masyarakat

Samarkand hidup dalam kemakmuran. Pada masa kekuasaan Ulugh Beg, Samarkand menjadi pusat studi ilmu pengetahuan. Dia adalah raja yang gandrung dengan ilmu, khususnya astronomi. Salah satu bukti sejarah yang  menunjuk kan Samarkand menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah didirikannya Observatorium Ulugh Beg. Selain itu, di kota itu juga banyak berdiri madrasah atau perguruan tinggi. Selama satu abad Dinasti Timurid berkuasa, Samarkand mencapai puncak kejayaannya. Sekitar tahun 1500 M, kekuasaan Dinasti Timurid mulai rapuh. Kota itu ahirnya jatuh ke tangan bangsa Uzbek di bawah pimpinan Ozbeg Khan Shaibani.

Setelah itu, Samarkand berada di bawah Keemiran Bukhara. Pada 1868 M, Samarkand ditaklukan Rusia dan menjadi bagian dari Uni Soviet hingga 1991. Sejak Adidaya Uni Soviet pecah, Samarkand pun menjadi bagian dari negara Uzbekistan. Secara geografis, Samarkand merupakan salah satu kota tua dan utama di wilayah Transoksania, yakni daerah antara Sungai Amudarya (Oxus) dan Syrdarya di Asia Tengah. Kini Samarkand menjadi salah satu provinsi di Uzbekistan. Kota itu berada di ketinggian 702 meter. Pada 2005 populasi penduduknya mencapai 412 ribu jiwa.   

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement