Kamis 29 Dec 2022 20:48 WIB

Ganjar: Wonosobo Bisa Atasi Stunting dengan Gotong Royong

Penanganan stunting akan lebih maksimal bila dilakukan sejak bayi dalam kandungan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ganjar: Wonosobo Bisa Atasi Stunting dengan Gotong Royong (ilustrasi).
Foto: Republika/Alfian
Ganjar: Wonosobo Bisa Atasi Stunting dengan Gotong Royong (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo optimistis upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Wonosobo akan dapat dilakukan dengan optimal.

Guna mengatasi persoalan stunting, Kabupaten Wonosobo kini telah memiliki program ‘Gor Rong Ceting’ atau program gotong- royong untuk mengatasi masalah stunting.

Baca Juga

Program inovasi Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBPPPA) Kabupaten Wonosobo ini melibatkan banyak pihak (gotong royong) mengatasi stunting.

Program itu juga disinergikan dengan perguruan tinggi agar penanganan stunting di Wonosobo lebih maskimal. “Gotong- royong, ini yang menurut saya penting untuk bareng- bareng menangani dan mencegah stunting,” ungkapnya, Kamis (29/12).

Gubernur mengaku, sudah melihat langsung impementasi program penurunan angka stunting di Desa Gondowulan, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo.

Dari penjelasan aparat desa dan para kader kesehatan desa setempat, setidaknya ada 27 warga Desa Gondowwulan yang saat ini ada ibu hamil (bumil) dan telah mendapatkan pendampingan melalui program Gor Rong Ceting.

Menurut gubernur, data akurat dari bawah seperti yang disajikan tersebut menjadi sangat penting untuk membantu penanganan stunting. Karena siapa pun yang terlibat dalam penanganan stunting sudah memegang data akuratnya.

“Sudah diketahui di desa itu ada 27 bumil, bila seluruh Wonosobo bisa kita kejar berbasis data yang benar, maka kita akan bisa menemukan kasusnya masing- masing,” jelasnya.

Gubernur juga menyampaikan, hasil komunikasi dengan para pengampu desa dan dinas terkait,  semua merespons penanganan dengan baik.

Termasuk kepala desa setempat yang menyampaikan bila sebagian dana desa juga dialokasikan dan digunakan untuk menangani stunting.

Artinya, banyak kekuatan yang terlibat dalam penanganan stunting, baik dari sisi sumber daya manusia (SDM) maupun juga kekuatan penganggaran.

Di satu sisi, penanganan stunting akan lebih maksimal bila dilakukan sejak bayi dalam kandungan. Maka sejak mereka hamil diwajibkan agar ada yang mendampingi dan memantau.

Bagaimana kesehatannya, kebutuhan nutrisi bumil-nya hingga bagaimana lingkungannya. Dengan gotong- royong seperti itu, insya Allah tidak berat.

Hanya tinggal bagaimana konsep yang sudah ada tersebut dibuat lebih masif lagi di desa dan wilayah yang lain. “Jadi untuk menyelesaikan persoalan stunting dan Wonosobo punya pengalaman yang bagus, meskipun ‘PR-nya’ masih besar,” tegas Ganjar.

Sebelumnya, Kepala BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Drg Widwiono MKes juga menyampaikan Kabupaten Wonosobo menjadi salah satu daerah di Jawa Tengah yang masih membutuhkan intervensi dan terus didorong untuk mengoptimalkan upaya penurunan stunting.

Sementara berdasarkan data aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizzi Berbasis Masyarakat (E-PPGMB) 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Wonosobo sebesar 19,22 persen.

Sehingga daerah ini terus menggenjot berbagai program dan inovasi untuk mengentaskan problem stunting ini.

Selain Gor Rong Ceting, antara lain juga dilakukan dengan Gerakan Bersama Turunkan Unmet Need (Geber Turune) gerakan megatasi kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi hingga Tunda Sampai Cukup Atasi Stunting (Tungkup Ceting).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement