Sabtu 19 Jun 2021 09:20 WIB

Lebih dari 22 Juta Orang Memberikan Suara di Pilpres Iran

Lebih dari 59 juta orang Iran dapat memilih dalam pilpres.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Dua wanita Iran memberikan suara mereka saat pemilihan presiden Iran di Teheran. ilustrasi
Foto: AP/ Vahid Salemi
Dua wanita Iran memberikan suara mereka saat pemilihan presiden Iran di Teheran. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Jutaan warga Iran telah memberikan suara dalam pemilihan presiden pada Jumat (17/6). Televisi pemerintah menunjukkan antrean panjang di tempat pemungutan suara di beberapa kota.

Kantor berita semi-resmi pemerintah Iran Fars melaporkan 22 juta atau 37 persen pemilih telah memberikan suara pada pukul 19:30 waktu setempat. Kementerian Dalam Negeri mengatakan tidak dapat mengkonfirmasi angka partisipasi.

Baca Juga

Televisi pemerintah mengatakan pemungutan suara secara resmi berakhir pada 19.30. Namun, kementerian dalam negeri mengatakan pemungutan suara telah diperpanjang selama dua jam di beberapa tempat pemungutan suara di seluruh negeri untuk memungkinkan pendatang yang terlambat memberikan suara. Hasil akhir diharapkan akan diumumkan pada tengah hari pada Sabtu (19/6).

Pejabat senior meminta partisipasi besar dalam pemilihan yang secara luas dilihat sebagai referendum tentang penanganan ekonomi, termasuk kenaikan harga dan pengangguran dan jatuhnya nilai mata uangnya. "Saya mendesak semua orang dengan pandangan politik apa pun untuk memilih," kata kepala kehakiman dan calon presiden yang diduga akan memenangkan pemilihan itu, Ebrahim Raisi.

Raisi didukung oleh kelompok keamanan dalam upayanya untuk menggantikan Hassan Rouhani yang tidak bisa mencalonkan kembali setelah 12 tahun menjabat karena keputusan konstitusi. Didukung oleh Korps Pengawal Revolusi yang kuat, Raisi, sekutu dekat Khamenei yang bersumpah untuk memerangi korupsi.

"Keluhan rakyat kami atas kekurangan adalah nyata, tetapi jika itu adalah alasan untuk tidak berpartisipasi, maka itu salah," kata Raisi.

Sedangkan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mendesak rakyat Iran untuk mengikutinya. "Setiap suara diperhitungkan ... datang dan pilih dan pilih presiden Anda," ujarnya setelah memberikan suara di ibu kota Teheran.

Tapi, beberapa warga memilih untuk tidak memberikan suara dalam pemilihan tersebut karena alasan beragam.

Maryam seorang penata rambut di Karaj dekat Teheran, mengatakan dia tidak akan memilih karena telah kehilangan kepercayaan pada sistem.

"Setiap kali saya memilih di masa lalu, saya memiliki harapan bahwa standar hidup saya akan meningkat. Tetapi saya kehilangan harapan ketika saya melihat pejabat tertinggi di negara ini tidak cukup berani untuk mengundurkan diri ketika dia tidak dapat memperbaiki keadaan," kata perempuan berusia 52 tahun ini merujuk pada Rouhani.

Sedangkan Mohammad di sebuah tempat pemungutan suara di sebuah dusun di Iran selatan menyatakan tidak mendukung salah satu kandidat. "Namun, perwakilan kami di parlemen mengatakan kami harus memilih Raisi sehingga semuanya akan membaik," ujarnya.

Lebih dari 59 juta orang Iran dapat memilih. Sementara ratusan orang Iran, termasuk kerabat pembangkang yang terbunuh sejak revolusi Islam Iran 1979 dan tahanan politik, telah menyerukan boikot pemilu. Jajak pendapat resmi menunjukkan jumlah pemilih bisa serendah 44 persen, jauh di bawah 73,3 persen pada 2017.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement