Rabu 20 Jul 2022 20:51 WIB

Tingkat Sitasi Jurnal Indonesia Masih Rendah

Dari segi jumlah, jurnal Indonesia sudah melampaui Malaysia dan Singapura.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Tingkat Sitasi Jurnal Indonesia Masih Rendah (ilusttasi).
Foto: scientificjournal.com
Tingkat Sitasi Jurnal Indonesia Masih Rendah (ilusttasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Plt Direktur Riset Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemendikbudristek, Teuku Faisal Fathani mengatakan, Indonesia kini memiliki 14.000 jurnal. Ada 7.000 jurnal yang sudah dievaluasi dan meraih Sinta 6 sampai Sinta 1.

Kemudian, 115 jurnal sudah terindeks scopus dan 180 jurnal yang menuju scopus internasional. Ia menekankan, Kemendikbudristek sudah banyak pula mengadakan coaching klinik dan workshop penulisan jurnal untuk peningkatan kualitas.

Baca Juga

"Agar jurnal-jurnal kita bisa terindeks internasional bereputasi," kata Teuku di Workshop Jurnal Menuju Terindeks Internasional Bereputasi 2022 yang diadakan Kemendikbudristek dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (20/7/2022).

Ia mengungkapkan, sebenarnya sejak 2014 publikasi jurnal di Indonesia sudah mengalami kenaikan secara eksponensial. Dari segi jumlah, jurnal Indonesia sudah melampaui Malaysia dan Singapura, tapi jumlah sitasi Indonesia masih rendah.

"Tingkat sitasi jurnal Indonesia masih rendah, satu jurnal Singapura sudah disitasi lima kali dari jurnal peneliti Indonesia," ujar Teuku.

Terkait kondisi itu, Teuku menekankan, coaching clonic jurnal sangat penting untuk terus dilakukan. Sehingga, bisa membedah jurnal dari peneliti-peneliti Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas jurnal dan tingkat sitasi.

Pada kesempatan itu, Rektor UMY, Prof Gunawan Budiyanto mengaku senang diberi kepercayaan dari Dikti untuk lokakarya penulisan jurnal ini. Ia mengaku siap digandeng untuk proyek-proyek lain, tidak cuma masalah kepenulisan jurnal saja.

Gunawan merasa, agenda seperti ini sangat penting sebagai kesadaran publikasi cendekiawan-cendekiawan bangsa. Ia menyampaikan rasa syukur, level publikasi keilmuan Indonesia sekarang sudah sama seperti Thailand dan Malaysia.

"Ini bukan ungkapan terlalu berbangga diri, tapi ini adalah bentuk kerja keras kita semua dalam mengangkat Indonesia dari perspektif publikasi internasional," kata Gunawan.

Lokakarya diinisiasi dan dihelat langsung DRTPM Kemendikbudristek dan Lembaga Riset dan Inovasi (LRI) UMY. Ke depannya, Gunawan berharap, Indonesia menjadi negara yang dikenal lewat karya-karya ilmiah yang patut diperhitungkan.

Beberapa waktu lalu, LRI UMY menggelar pula Workshop Re-Evaluasi dan Akselerasi Scopus. Diikuti seluruh pengelola jurnal, termasuk editor dan reviewer jurnal untuk berbagi pengalaman dalam mengelola jurnal sampai terindeks Scopus. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement